Kamis, 26 Desember 2013

Master Chin Kung membahas tentang buku berjudul “Catatan Perjalanan Ke Alam Sukhavati”




Master Chin Kung membahas tentang buku berjudul “Catatan Perjalanan Ke Alam Sukhavati”

“Ketika Saya Menjadi Buddha, Negeriku Tiada Wanita”

Di Alam Sukhavati tidak ada wanita, negeri ini sungguh berwibawa. Mungkin praktisi sekalian akan bertanya, bagaimana dengan kami, kaum wanita? Jawabannya ada pada alinea berikutnya.

“Jika ada kaum wanita yang mendengar namaKu, memperoleh keyakinan suci, membangkitkan Bodhicitta, jenuh dengan tubuh seorang wanita, bertekad lahir ke AlamKu, menjelang ajalnya akan menjelma jadi pria, terlahir ke Alam Sukhavati”.

Setiap makhluk yang terlahir ke Alam Sukhavati akan menjelma dalam tubuh seorang pria, tidak hanya bertubuh pria, bahkan tubuh dan rupanya sama dengan Buddha Amitabha. Buddha Amitabha yang mengatakannya sendiri, Buddha Sakyamuni juga menyampaikan sedemikian kepada kita.

Bagian ini khusus menyadarkan kita bahwa pada masa kini terdapat begitu banyak Buddha Dharma palsu, ketika saya berceramah di Hongkong, Master Chang Huai memberikan sebuah buku padaku, saya tidak membacanya hanya mendengar penuturan dari dia. Master Chang Huai berkata bahwa ada seorang yang mengaku dirinya pernah bertamasya ke Alam Sukhavati, kemudian menuangkan pengalamannya ke dalam sebuah buku, dia menulis di Alam Sukhavati ada wanita. Saya tidak mau membacanya, jelas ini adalah palsu. Di Alam Sukhavati tidak ada wanita, dia mengatakan bahwa dia melihat wanita, pasti alam itu bukan Alam Sukhavati. Walaupun dia pernah ke sana, pasti dia telah salah menganggap itu adalah Alam Sukhavati.

Maka itu ketika Master Chang Huai memberikan buku tersebut padaku, saya bilang saya tidak akan membacanya. Mengapa demikian? Andaikata kita memiliki waktu dan tenaga, seharusnya membaca buku Buddha Dharma yang asli, jangan sampai menyia-nyiakan waktu dan tenaga.

Untuk membaca buku-buku bagus dan sastra saja kita sudah merasa waktu kita tidak cukup, mana ada waktu untuk mencampuri urusan begini? Maka itu ketika menyinggung masalah ini, saya memastikan bahwa buku ini tidak sama dengan yang tercantum dalam sutra Buddha.

Praktisi sekalian harus senantiasa ingat, jangan menganggap si pengarang ini hebat, masih ada donatur yang membantu mencetak buku ini, dan membantu menyebarkannya, ketahuilah bahwa karma ini akan ditanggung oleh diri masing-masing.


Dikutip dari  Ceramah Master Chin Kung
Judul : “48 Tekad Buddha Amitabha (serial 2)
Tahun 1990
 
 


净空老法师谈《西方极乐世界游记》 

【我作佛时。国无妇女。】 


西方极乐世界没有女人,这个世界非常的庄严。也许同修要问,那我们女人往生怎么办?此地有答案,答案就在下面。 


【若有女人。闻我名字。得清净信。发菩提心。厌患女身。愿生我国。命终即化男子。来我刹土。】 


凡是往生到西方极乐世界统统是男身,不但是男身,身相跟阿弥陀佛完全相同。这是阿弥陀佛自己说的,释迦牟尼佛也是给我们这样说的。 


这个地方我特别提醒同修,现在这个社会假的佛法很多,我在香港讲经,畅怀法师给了一个小册子来问我,我没有看,他跟我说的。他说有个人说他自己到西方极乐世界去游历,写了个西方极乐世界的游记,他说西方极乐世界有女人。我不要看了,这是假的。为什么是假的?西方极乐世界没有女人,他居然看到女人,这个世界决定不是西方极乐世界。 

纵然他去游历,也搞错了,误会,以为是西方极乐世界。 

所以他拿来给我看,我说这个书我不要看。为什么?我们有时间、有精神应该读真正的佛法,不要把时间精力浪费掉。这些好的书,宝典,我们觉得时间都不够用,哪还有那么多多余的时间去管闲事?所以他这一提,我就晓得跟经里面讲的不一样。 


这是同修们千万要记住,不要认为这个人说这个话,了不起。还有很多人发心花钱来印,帮他流通,这个因果责任自己要负。这是不可以不知道的。 


——弥陀四十八愿(第二集) 1990/6 台湾高雄国军英雄馆 档名:02-06-02 文字



Tanggapan Master Hsuan Hua terhadap buku berjudul “Catatan Perjalanan Ke Alam Sukhavati”



Tanggapan Master Hsuan Hua terhadap buku berjudul “Catatan Perjalanan Ke Alam Sukhavati”

Murid bertanya : Saya ingin bertanya apakah Master Kuan Jing (pengarang buku “Catatan Perjalanan Ke Alam Sukhavati”) adalah murid Master Xu Yun? Apakah buku karangannya itu adalah benar adanya?

Master Hsuan Hua Menjawab : Saya mengenal Master Kuan Jing sejak berada di Vihara Nan Hua. Waktu itu dia masih seorang anak kecil, saya tidak tahu apakah dia benar adalah murid  Master Xu Yun, karena ini adalah pengakuannya sendiri, saya sendiri tidak pernah mendengar Master Xu Yun mengatakan hal ini, saya juga tidak pernah bertanya pada Master Xu Yun tentang hal ini, saya tidak berani menjawab sembarangan. Tetapi mengenai “Catatan Perjalanan Ke Alam Sukhavati”, ini adalah pemalsuan.

       dikutip dari  Tanya Jawab oleh Master Hsuan Hua, diterbitkan oleh Shanghai Buddhist Bookstore, pada bulan Februari tahun 2003



宣化上人对于《西方极乐世界游记》的答疑 

弟子问:请问宽净法师是不是虚云法师的弟子?他所写的《极乐世界游记》是否是真的? 

宣化上人答:那个宽净法师,我在南华寺就认识他。那时他是个小孩子,我不知道他是不是虚云老和尚的弟子,这是他自己说的,我没听老和尚说过,我也没问过老和尚这个问题,我不敢冒然答复。可是《极乐世界游记》根本就是伪造的。 


——出自《金刚棒喝——宣化上人问答录》,上海佛学书局20032月印行 

Jumat, 20 Desember 2013

Syair Upasaka Li Bing-nan



“Setiap saat tidak melupakan hati yang ingin membantu orang banyak, semua ini demi mengasihani mereka yang melangkah di jalan yang gelap; asalkan dapat menyinari di kejauhan, maka takkan menyayangkan mengorbankan tubuh sendiri”.

Guru Li Bingnan hidup sampai usia 97 tahun baru wafat, beliau masih tetap berceramah di usia 97 tahun. Murid-muridnya berkata pada beliau : “Guru, anda telah memiliki banyak murid, biarkan kami saja yang membantumu berceramah, anda jangan lagi begitu bersusah payah. Karena beliau sendiri telah berusia lanjut, 97 tahun, untuk naik ke podium harus dibantu murid-muridnya. Akhirnya beliau berkata :”Selama umat masih ingin mendengar ceramahku, asalkan saya masih hidup, maka hidup sehari saya maka harus mengerahkan segenap kemampuanku untuk berceramah sehari".

Maka itu sikap beliau ini adalah memberi teladan dengan tindakan nyata. Guru Li menulis sebuah syair yakni “Setiap saat tidak melupakan hati yang ingin membantu orang banyak, semua ini demi mengasihani mereka yang melangkah di jalan yang gelap; asalkan dapat menyinari di kejauhan, maka takkan menyayangkan mengorbankan tubuh sendiri“.

Setiap saat tidak melupakan hati yang membantu orang banyak, semua ini demi mengasihani mereka yang melangkah di jalan yang gelap, yakni mereka yang tidak berhasil mencari jalan keluar, yang masih belum terbuka kebijaksanaannya, beliau demi sebuah hati yang mengasihani mereka; tetapi bila cahaya dapat menyinari di kejauhan, asalkan dapat membiarkan di depan mata mereka muncul cahaya terang; maka tidak menyayangkan mengorbankan tubuh sendiri, dengan membakar diri sendiri untuk memberi cahaya terang bagi orang lain. Maka itu Guru Li telah menampilkan pada kita semangat pengorbanan diri demi memberi persembahan kepada semuanya.

Dikutip dari : Seminar kehidupan manusia yang bahagia (serial 39)
Pembicara : Guru Cai Li-xu
Tahun : 2005  


未改心肠热,全怜暗路人;但能光照远,不惜自焚身

李炳南老师他活到九十七岁才往生,到九十七岁还在讲课。他的学生就对他老人家说:老师,你都有这么多学生了,让我们帮你讲就好了,你就不要再这么样的辛劳。因为老人家九十七岁讲课是要好几个学生一起把他怎么样?扛上讲台。结果老人家说:众人要我讲一天,只要我活着,活一天就要尽力讲一天。所以这样的态度确确实实都是以身作则。李老师有一首诗写到未改心肠热,全怜暗路人;但能光照远,不惜自焚身。时时刻刻不忘这一颗帮助众人的心,全怜这些暗路的人,找不到人生出路的人、智慧无法开显的人,他都是这一分怜悯之心;但能光照远,只要能够让他们的眼前出现光明;不惜自焚身,不惜燃烧自己照亮别人。所以老人家演出了牺牲奉献的精神。




Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak 04



Ada sebagian orang yang menganggap bahwa melafal Amituofo adalah diperuntukkan bagi orang yang akan mati, maka itu merasa takut, ketakutan hingga tidak berani melafal Amituofo, sesungguhnya Amituofo berarti cahaya dan usia tanpa batas. Melafal Amituofo dapat melenyapkan malapetaka dan memperpanjang usia, setelah ajal tiba dapat terlahir ke Alam Sukhavati. Sekarang marilah kita melihat kisah dari dua praktisi senior berikut ini, bagaimana cara mereka menyebarkan Dharma lewat tindakan nyata.  

Yang pertama adalah Master Guang Qin yang telah berusia 95 tahun, beliau adalah seorang Bhiksu senior yang telah mencapai samadhi pelafalan nama Buddha, dalam kurun waktu hampir enam tahun beliau tidak pernah tidur dalam posisi berbaring, hanya dengan duduk bermeditasi. Saya pernah mengunjungi dan meminta bimbingan beliau dengan seorang rekanku yang bernama dokter Wu, bagaimana cara bermeditasi agar bisa membuka titik akupuntur Qimai?

Dengan tegas Master Guang Qing menjawab : “ Hanya dengan melafal Amituofo, sampai mencapai pikiran terfokus tak tergoyahkan, maka dengan sendirinya seluruh titik akupuntur Qimai dapat terbuka”.  Dalam keseharian Master Guang Qing selalu menasehati orang : “Melafal Amituofo!” “Jangan makan daging!”

Kenyataannya Master Guang Qin memiliki kemampuan gaib, banyak orang yang telah mengalaminya, tetapi kekuatan gaib bukanlah tujuan dari Ajaran Buddha, kekuatan gaib hanyalah hasil sampingan, walaupun memiliki kekuatan gaib juga tidak menjamin dapat membebaskan diri dari tumimbal lahir.

Saat menjelang ajal, Master Guang Qin masih tetap bermeditasi dan melafal Amituofo, beliau melafal “Namo Amituofo! Namo Amituofo!” Setiap nama Buddha dilafalnya dengan seluruh hidupnya, dengan menggunakan seluruh sisa kekuatannya untuk melafal nama Buddha, pada detik terakhir beliau mengucapkan sepatah kalimat : “Tidak datang dan tidak pergi, tidak ada urusan”. Berbeda dengan orang awam yang selalu “sibuk datang dan pergi, semuanya adalah urusan”. Di dalam suara lafalan Amituofo, Master masih tetap duduk bersila, dengan begitu beliau terlahir ke Alam Sukhavati, betapa damai dan bebasnya.

Semua insan begitu menghormatinya, ketika jasad beliau hendak dikremasi, sampai-sampai umat berebutan masuk ke dalam ruang tungku perapian, untuk merasakan kehangatan praktisi senior ini. Baik pria wanita, tua dan muda, berbondong=bondong menuju ke atas gunung.  Suara lafalan Amituofo bercampur dengan suara tangisan dan suara guntur,  betapa sukar dijumpai seorang praktisi yang dapat begitu menggugah orang banyak.

Ada seorang umat yang terlambat datang menghadiri upacara kremasi, sampai di tempat dia berlutut di hadapan abu kremasi, melakukan penghormatan, memohon pada Master Guang Qin, akhirnya di dalam tumpukan abu kremasi, dia memperoleh sarira, ini sungguh merupakan “Buddha Dharma dipelajari dari hati yang penuh penghormatan, dengan adanya satu bagian rasa hormat, maka akan memperoleh satu bagian manfaat”.
  
Kutipan Ceramah Master Dao Zheng
Judul: Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak


有些人以為念阿彌陀佛,是人「要死了」才念,所以很害怕,嚇得都不敢念佛,其實阿彌陀佛,無量光壽。念佛正可消災延壽,壽盡又可生極樂。現在讓我們來看看二位當代的大德,如何現身說法。這是九十五歲的上廣下欽老和尚,他是一位證得念佛三昧的老和尚,幾乎有六十年的時間,都是不倒單(不倒單就是不躺下來睡覺,都是打坐用功),末學曾經和一位吳醫師去拜見他,吳醫師請教老和尚,要如何打坐才能打通氣脈?老和尚就斬釘截鐵地說:「只要念佛,念到一心不亂,自然全身的氣脈都能打通」。老和尚平日最常勸人:「念佛!」「不要吃肉!」事實上,老和尚有相當的神通功夫,很多人都親身體驗到,但是神通並不是佛教所追求的,神通只是修行的副產品,有神通也不見得能夠了生死。

老和尚往生的時候,也還是一直打坐念佛,他念「南無阿彌陀佛!南無阿彌陀佛」!念每一句佛號,每一個字,都是傾出整個生命,用全部的力氣來念,他最後留下一句很瀟灑的話「無來無去,無事情」。

我們凡夫卻都「來來去去,全是事情」,在念佛聲中,他還是盤著腿坐著,就往生到西方極樂世界,這是何等的安詳、自在。

大家愛戴尊敬他,到火化的時候,連火化老和尚遺體的火化爐,大家都爭著進去,感受這一代大德的溫暖,男女老少,幾萬人到山上去為他念佛,哭聲、念佛聲震天,難得有一個人能夠如此感動大眾。有一個人來參加他的火化典禮來遲了,就跪在火化爐灰上,頂禮、祈求老和尚,結果在火化爐灰裏,撿到舍利子,正是「佛法從恭敬中求,有一分恭敬,就有一分利益。」




Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak 03



Walaupun “A-mi-tuo-fo” hanya terdiri dari empat kata, seharusnya tidak sulit diucapkan, setiap insan juga dapat melafalnya, sulitnya adalah apakah mampu melafalnya disaat datangnya cobaan, dapat memahami Hati Buddha Amitabha yang maha karuna, maka itu dengan gigih melafalnya berkesinambungan, sejak awal hanya diri kita yang mengacuhkan uluran tangan dari Buddha Amitabha, sementara Buddha tak pernah sekalipun mengabaikan diri kita.

Kami ingin saling berbagi dengan semua insan yang sedang dilanda penderitaan, dua buah syair berikut ini :

“Ketika kamu menangis, ketahuilah bahwa Saya juga sedang meneteskan airmata,
ketika kamu berbahagia, ketahuilah bahwa Saya juga turut bersukacita,
tak peduli kapan dan di mana saja,
di dalam keyakinan dan pelafalan Amituofo, kita senantiasa berada dalam kebersamaan,
bersama dengan Buddha dan Bodhisattva”.


“Ketika kamu sendirian, janganlah berpikir bahwa kamu sedang sendiri,
seharusnya berpikir ada dua insan,
ketika kalian berdua, seharusnya berpikir ada tiga orang,
yang satunya itu adalah Buddha Amitabha,
kemanapun anda pergi, maka Dia akan senantiasa melangkah bersamamu…..”



Kutipan Ceramah Master Dao Zheng
Judul: Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak



「阿彌陀佛」聖號,雖只有四字,應是不難念,人人會念,難的是無論遇到人生中何種考驗都還能堅持地念,體驗彌陀的大悲心繼續地念,向來只有我們辜負彌陀長垂的手,佛絕不會辜負我們的。

我們想和一切受難者,共用二首小詩:

「當您哭泣時,應知我也在流淚,
當您高興時,應知我也在歡喜,
不論何時何地,
在信心念佛中,我們永遠在一起,
和佛菩薩在一起。」

「當您獨處時,不應想是自己一人,
應想有兩個人,
當您們二人共處時,應想是三個人
還有一位就是阿彌陀佛,
您走到那裏,他就跟到那裏……



Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak 02



Pengalamanku dalam mendampingi pasien melafal Amituofo, pada dua tahun pertama, saya amat terkejut karena mendapati bahwa dari sekian banyak pasien, ternyata tidak ada satupun yang pada detik menjelang ajalnya sempat melafal Amituofo, mengapa demikian?

Contohnya pasien penderita kanker yang kesakitan, berusaha dengan sekuat tenaga berteriak kesakitan sehingga tidak sanggup lagi melafal Amituofo, anehnya lagi dia masih bisa berkata “saya tidak sanggup lagi melafal Amituofo”, tetapi dia tidak sudi menfokuskan diri melafal Amituofo.

Ada lagi yang terlalu lemah sehingga tidak sanggup melafal Amituofo.  Ada lagi yang susah bernafas sehingga tidak mampu melafal Amituofo. Ada yang mengalami kecelakaan, darahnya mengalir dengan deras, begitu melihat kolam darah jadi panik sehingga tidak tahu melafal Amituofo lagi. Ada yang dalam keadaan koma,  tidak tahu apakah dia ada melafal atau tidak.

Maka itu walaupun Buddha Amitabha maha maitri maha karuna,  mengharapkan kita agar kembali ke jalan yang benar, walaupun itu adalah detik yang paling terakhir, namun sayangnya banyak insan yang tidak mampu membangkitkan keyakinan dan tekad, tidak dapat menfokuskan diri melafal Amituofo, maka itu ketika diterpa ombak penderitaan, maka segera ditenggelamkannya, ini adalah kondisi sebagian insan pada akhir hayatnya.

  
Kutipan Ceramah Master Dao Zheng
Judul:Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak


末學以前陪病人念佛,在最初去實習的二年中,使末學大為震驚的是那麼多的病人,竟然沒有一個人,能夠在臨終的時候念出一句阿彌陀佛,為什麼呢?譬如有人患了腫瘤太痛了,拼命叫痛,念不出佛來,奇怪的是,他會說:「念不出來」四個字,卻不能轉念「阿彌陀佛」。有的人太衰弱了,衰弱得沒有力氣,念不出來。有的人太喘了,一分鐘呼吸三、四十下,根本念不出佛來。有的人意外災害,血流如注,在一片血泊中,嚇得都不會念了。有的人昏迷不醒,不知道他有沒有念。所以阿彌陀佛雖然大慈大悲,盼望我們回頭,甚至他允許我們最後一念的回心,但是很多人還是提不起信心,提不起願力,不能轉念向光明來念阿彌陀佛,所以當痛苦的浪潮一大,就被淹沒了,這就是一般人臨終的實況。


Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak 01



Sesungguhnya banyak  jenis penyakit kanker yang dapat disembuhkan, banyak pasien yang dapat sembuh dan sehat kembali, bekerja kembali dan bersumbangsih pada masyarakat. Contohnya dokter Chen Mingxian dan dokter Li Feng, mereka berdua adalah Bodhisattva yang penuh kemuliaan.

Walaupun banyak pasien yang telah berhasil disembuhkan, tetapi tidak dapat menghapus bayangan gelap di hati, menyingkirkan perasaan tersiksa---seperti pada kejadian yang dialami seorang pasien kanker leher rahim, dia berhasil sembuh dan hidup lebih lama 14 tahun, tetapi dia malah mengatakan padaku : “Selama 14 tahun ini, saya setiap hari begitu cemas, hari demi hari saya lewati dalam penderitaan”.   

Sehingga saya merasa bahwa walaupun tumor dapat dioperasi, dapat menggunakan penyinaran, kemoterapi, pengobatan tradisional, sehingga berhasil menyembuhkannya, tetapi andaikata tidak memiliki keyakinan pada Ajaran Buddha, maka di hatinya akan senantiasa merasa risau, takut jika tidak berhasil dioperasi, tidak berhasil disembuhkan.  

Buddha membabarkan pada kita tentang Hukum Karma mencakup tiga masa kehidupan, penderitaan yang kita alami sekarang ini, adalah berasal dari kelahiran lampau, bahkan benih penderitaan yang kita tanam pada masa kelahiran lampau, yang paling parah adalah berasal dari keserakahan, amarah dan kebodohan, sehingga melakukan berbagai tindakan yang buruk.

Setiap manusia tidak ada yang tidak serakah, tidak ada yang tidak pernah emosi, karena telah menanam benih berduri di ladang hati kita, ketika jalinan jodoh ini masak, maka saat berjalan takkan luput dari terluka oleh tusukan duri. Andaikata ketika terluka akibat tusukan duri ditambah lagi mengeluh atau menyalahkan orang lain dan marah, maka ini sama dengan menanam duri lagi, maka kelak di kemudian hari akan ada jalanan yang tak habis dari tusukan duri, takkan ada habis-habisnya linangan darah dan airmata.

Buddha mengajarkan kita yang telah pernah menginjak jalanan berduri, untuk tidak lagi menaburkan duri, seharusnya beralih menanami bunga teratai, semasa hidup mengalihkan kerisauan menjadi cahaya tanpa batas Buddha Amitabha, melafal sepatah Amituofo, begitu pikiran dialihkan, maka bermekarlah setangkai teratai, selanjutnya di dalam taman dengan sendirinya akan ada kuntum-kuntum teratai yang bermekaran. Saat melafal Amituofo, bukan hanya dalam seketika hidup dalam suasana sukacita, ketika kehidupan akan berpisah, Buddha Amitabha akan datang menjemput, menuju ke Alam Sukhavati yang penuh dengan kebahagiaan dan suci.   

Kutipan Ceramah Master Dao Zheng
Judul:Teratai Murni Menebarkan Harum Semerbak


其實,許多腫瘤,早期發現再做治療,都可以治療好的,很多人都能恢復健康,在工作崗位上,服務人群。譬如長庚醫院的陳明憲醫師、台大醫院的李豐醫師,他們都是很偉大的菩薩。然而很多人雖然早期治療好了,卻抹不掉心中的陰影,擺不掉痛苦的感覺曾有一位子宮頸癌的病人,她已經治好又活了十四年了,可是她告訴我:「十四年來,我每天都擔心,每天都過著痛苦的日子。」令末學感覺到腫瘤雖然可以開刀,可以用放射線或化學治療、中醫藥治療,把他治好,可是假如沒有佛法,則內心的煩惱、害怕卻割不掉,治不好。佛告訴我們三世因果,現在所受的苦,是來自以前,甚至前世所種的苦種子,最嚴重的是來自於貪欲、生氣、愚癡,而做出種種不好的行為。我們沒有一個人不曾貪心、不曾生氣,既然曾經在心田中種下這樣有刺的種子,在因緣成熟的時候,走路就不可能不被割傷,假如在割傷的時候又埋怨、憤怒,等於又種荊棘,未來就有走不完的荊棘路,流不完的血淚。

佛教我們走過荊棘路,不要再撒播荊棘,應該改種蓮花,在生前,轉煩惱為阿彌陀佛的無量光明,念一聲阿彌陀佛,一轉念,就開一朵蓮花,以後園裏,自有蓮花朵朵開放。念佛時,不但當下就活在歡喜中,未來生命結束的時候,阿彌陀佛就會接引我們,到那極為快樂清淨的極樂世界。



Jumat, 01 November 2013

Menebar Senyum 07 (Tamat)


Menebar Senyum Memasuki Kolam Tujuh Mustika
Kisah Chen Jin-chi
Bagian 7

Kemudian saya melihat raut wajahnya mulai tenang dan damai, tidak  ada kerutan sama sekali, wajahnya tidak memancarkan penderitaan lagi. Saya melihat para dokter dan suster, dan orang-orang yang menjaganya malah berwajah pucat dan kurus, sedangkan dia malah berwajah merah bercahaya, sungguh tak terbayangkan. Ketika dia baru menderita penyakit ini, wajahnya karena menjalani radioterapi, kelihatan sedikit berwarna hitam. Dengan menfokuskan pikiran melafal Amituofo, wajahnya berubah menjadi merah bercahaya. Nyonya Chen menasehatinya agar pulang rumah dan melafal Amituofo, dia menyetujuinya, dan dia masih dapat berterimakasih pada dokter dan suster yang merawatnya; dia berharap bisa mencabut selang infus, barulah saya menyadari kaki dan tangannya telah lebih lincah daripada sebelumnya.


Pada saat itu, dia bukan hanya berhasil menghentikan pendarahannya, bahkan seluruh penderitaan kesakitannya juga telah lenyap, sama sekali tidak memerlukan anti sakit, juga tak perlu diinfus lagi, tidak mengerutkan keningnya lagi, tidak ada siksaan lagi. Di dalam lafalan Amituofo, dalam kondisi damai menghembuskan nafas terakhir. Tanda-tanda istimewa ini, telah membuktikan bahwa apa yang tertera dalam Amitabha Sutra dan Maha-karuna-pundarika-sutra yang diterjemahkan oleh Master Hsuan Tsang adalah benar adanya.

Di dalam Amitabha Sutra tertera :

“Insan yang bertekad lahir ke Alam Sukhavati, asalkan melafal Amituofo berkesinambungan, saat menjelang ajalnya, Buddha Amitabha dan para Bodhisattva serta makhluk suci Alam Sukhavati lainnya akan muncul di hadapan praktisi, bermaitri karuna memancarkan cahaya melindunginya, agar pikirannya tenang tak tergoyahkan”.


Sedangkan dalam Maha-karuna-pundarika-sutra tercantum bahwa:

“Buddha menggunakan kekuatan samadhi untuk memberkati, bahkan membabarkan Dharma kepada sang praktisi yang sedang menjelang ajalnya, sehingga sang praktisi membangkitkan sukacita, karena bersukacita, maka masuk ke dalam samadhi (samadhi benar) dan memperoleh kekuatan prajna, terlahir ke Alam Sukhavati”.


Seorang pasien yang kesakitan sehingga harus tergantung pada morfin dalam melalui hari-harinya, hatinya amat risau, organ dalam tubuhnya, kulit, tangan dan kakinya tidak ada bagian yang tidak diserang kanker,  wajahnya berwarna merah merekah, berwibawa, tidak mengerutkan kening, tidak sesak nafas dan berteriak-teriak, kesadarannya masih bagus; tanda-tanda istimewa ini membuat saya merasa amat jelas bahwa kondisi ini serupa dengan apa yang dikatakan dalam sutra Buddha, sungguh ini adalah Buddha Amitabha muncul untuk memberi pemberkatan. Ini juga merupakan ketrampilan yang dilatihnya dalam keseharian, barulah dapat terjalin dengan Buddha.



Seperti yang dikatakan oleh Master Yin Guang : “Pada saat menjelang ajal jika wajah tidak berubah maka praktisi ini pasti memiliki ketrampilan melatih diri yang tinggi”.  Sepanjang hidup manusia bisa berpura-pura, hanya saat menjelang ajal tiada kepalsuan lagi, insan yang tulus dan setia, pada akhirnya akan memperoleh manfaat besar. Saya bertanya pada dirinya : “Apakah anda ada berkomunikasi dengan Buddha Amitabha?” Istilah komunikasi ini adalah istilah yang dia pakai selama ini. Dia diam sejenak kemudian menganggukkan kepalanya. Saya bertanya lagi : “Apakah anda telah melihat Buddha Amitabha?”  Dia menganggukkan kepala lagi; saya bertanya lagi : “Buddha sedang memancarkan cahaya menyinari dirimu, apakah kamu telah melihatnya?” Dia mengangguk lagi. Dia telah menganggukkan kepalanya tiga kali, saya merasa sudah tenang, mengetahui bahwa dia pasti akan terlahir ke Alam Sukhavati, kemudian dengan hening dia melafal Amituofo. Ketika kami mengantarnya sampai ke mobil ambulans, airmatanya berlinang, namun tidak mengerutkan kening, saya berkata padanya : “Kita sekarang akan pulang ke rumah untuk melafal Amituofo, pulang ke kampung halaman Alam Sukhavati”. Dia mengangguk, sepanjang perjalanan kami melafal Amituofo di dalam mobil ambulans.


Bodhisattva Jiang dan para sahabat Dharma telah selesai mendekorasi ruang untuk para hadirin melafal Amituofo, ruang ini ditata menjadi begitu agung. Kemudian ruang ini diberi nama Ruang Melafal Amituofo, kami sangat memuji, karena sebagian pasien riwayatnya berakhir di Ruang Perawatan Intensif (ICU), lagipula, begitu menghembuskan nafas terakhir langsung didorong ke ruang mayat yang dingin, gelap dan sempit, atau di kamar beku di rumah duka. Sedangkan di ruang ini begitu terang dan luas, sehingga semua kerabat dapat melafal Amituofo untuk mengantar Upasaka Chen ke Alam Sukhavati, membuat akhir drama yang penuh sukacita, memotivasi semua insan, sungguh berkah kebajikan yang besar. “Manusia memiliki tekad, Buddha akan memberikan mujizat”, sungguh tak terbayangkan, sampai para Bhiksu, sahabat Dharma, organisasi yang membantu melafal Amituofo, juga pada berdatangan, mereka amat tulus dan saling bergantian untuk menemani Upasaka Chen melafal Amituofo.



Ketika Master Jian Yin datang, beliau dengan ramah berbincang dengan para hadirin serta menceramahkan tentang keistimewaan Alam Sukhavati, bukan hanya hadirin yang merasa amat bersukacita, bahkan Upasaka Chen sampai membuka kedua matanya yang telah lama terpenjam, ketika matanya terbuka dia tersenyum, senyumannya bercampur baur dengan senyuman hadirin lainnya. Sungguh satu senyuman dapat menghilangkan segala penderitaan.


Setiap hari Nyonya Chen mencurahkan segala permohonan di hatinya kepada Buddha Amitabha sampai airmatanya berlinang, akhirnya kini menjadi kenyataan. Para sahabat Dharma terus berdatangan silih berganti, ada juga yang biasanya sangat sibuk sehingga sulit diundang juga turut berdatangan, termasuk guru dan kepala sekolah yang beragama Kristen, baik yang kenal maupun tak kenal, semuanya berdatangan menghadiri babak akhir drama yang penuh sukacita ini. Bahkan ibunda dari Upasaka Chen yang semula menangis tersedu-sedu, namun karena melihat babak akhir drama yang penuh sukacita ini, juga jadi tersenyum sambil memuji : “Ini sungguh Buddha telah membawanya pergi!” Sungguh, Buddha Amitabha dengan kekuatan tekadNya telah menuntunnya ke Alam Sukhavati!  


Betapa menderitanya insan berambut putih harus mengantar kepergian insan berambut hitam, namun apa daya! Di dalam kekuatan maha maitri maha karuna Buddha, kepedihan ini telah melebur dan berubah menjadi kekuatan keyakinan dan tekad. Upasaka Chen dengan “menebar senyum terlahir ke Alam Sukhavati” telah mempengaruhi ibundanya untuk meyakini Buddha dan melafal Amituofo, sehingga telah menunaikan bakti yang tertinggi.


Lebih dari sepuluh menit menjelang ajal, dia mengalirkan linangan airmata yang tidak sedikit, mungkin itu adalah airmata “kesedihan bercampur dengan kebahagiaan”!  Karena telah menderita di tumimbal lahir selama berkalpa-kalpa, dan kini telah memperoleh pembebasan, sungguh bahagia tiada taranya, juga mengasihi para makhluk yang masih tersesat dan tidak bersedia kembali ke jalan yang benar, maka itu dia mengalirkan airmata kesedihan bercampur bahagia. Kemudian pada detik terakhir, tiba-tiba dia tersenyum sampai gigi pun terlihat, bunga bermekar hati terbuka, dan mampu menggerakkan tangannya yang selama ini telah tidak lincah, melambaikan tangan kepada semua hadirin tanda pamit.


Nyonya Chen yang sudah lama tidak melihat suaminya tersenyum begitu bahagia, juga ikut menemaninya tersenyum sambil melafal Amituofo. Sepasang suami istri yang begitu kompak, yang satu terlebih dahulu menuju Alam Sukhavati untuk kuliah, yang satunya lagi bertekad keluar dari perasaan cinta individu untuk mencintai semua makhluk, membalas budi Buddha. Yakin bahwa seluruh makhluk yang memiliki tekad agung serupa dengan Buddha, pasti akan mencapai keberhasilan sempurna. Semasa hidupnya Upasaka Chen pernah tertawa menghibur Nyonya Chen agar menenangkan hatinya, memang benar, senyum terakhirnya sungguh membuat semua orang jadi kagum.


Setelah melafal Amituofo selama 8 jam, tubuh jasmaninya masih begitu lembut, wajahnya masih tersenyum serupa masih hidup, setelah diperabukan masih meninggalkan kenangan berupa sarira. Saya memberinya ucapan selamat! Dengan menebar senyum memasuki kolam tujuh mustika, selamanya tak perlu lagi menjalani penderitaan, hingga mencapai KeBuddhaan!


    Terimakasih Buddha Amitabha, mengasihi semua makhluk di lautan penderitaan, tidak pernah mengabaikan siapapun juga. Buddha berada di mana saja, dan hanya insan yang tulus sepenuhnya yang dapat meraih tanganNya.   


Dikutip dari : Ceramah Master Dao Zheng
Judul :  Menebar Senyum Memasuki Kolam Tujuh Mustika



Menebar Senyum 06

Menebar Senyum Memasuki Kolam Tujuh Mustika
Kisah Chen Jin-chi
Bagian 6


Setiap kalimat yang tercantum dalam sutra adalah nyata dan tidak semu, apa yang diucapkan Buddha pasti akan menjadi kenyataan, hanya saja sampai di mana anda dapat membangkitkan keyakinan dan mengamalkannya. Bagi kita yang yakin pada kekuatan tekad maitri karuna Buddha maka dalam seketika juga hidup di dalam Cahaya Buddha, jika tidak dapat menimbulkan keyakinan maka akan hidup dalam bayangan gelap rintangan karma. Insan yang yakin sepenuhnya, maka masa depannya bersinar terang; sedangkan insa yang yakin setengah hati maka masa depannya adalah setengah terang dan setengah redup. Yang paling penting adalah, asalkan ada keraguan maka akan masuk ke kegelapan, maka itu harus lekas membangkitkan keyakinan hati, membuang kegelapan dan menuju cahaya gemilang.


 Sekitar 5-6 hari sebelum kepergian Upasaka Chen, dikarenakan sel kanker telah menyerang lambungnya hingga mengeluarkan darah, para dokter juga tidak bisa memastikan apakah mampu menghentikan pendarahan ini. Jika kita panik dan melupakan Buddha maka akan jatuh ke dalam kegelapan, dan mengikuti kekuatan karma bertumimbal lahir untuk menyelesaikan semua hutang piutang. Masa kelahiran lampau kita memakan daging makhluk lain, kehidupan kini kita harus membayarnya, masa lalu kita begitu menginginkan makanan bergizi, sehingga membunuh makhluk lain, ini juga harus dibayar, ketika harus melunasi hutang  barulah kita tahu akan penderitaan.


 Jujur saja walau hanya satu saja nyawa yang melayang, kita juga tidak mampu melunasinya; maka itu kita harus menyadari bahwa lebih baik saat menjelang ajal harus membayar hutang, atau saat masih hidup cepat-cepat melunasinya! Andaikata karma telah berbuah, apa yang harus dilakukan? Jika dapat mengerahkan segenap tenaga melafal Amituofo, maka kekuatan jasa kebajikan dan kewibawaanNya tak terbayangkan, sepatah Amituofo dapat melenyapkan delapan miliar kalpa karma buruk berat tumimbal lahir, mewakili kita untuk melunasi hutang-hutang karma kita, tak perlu khawatir tidak mampu sekaligus melunasi semuanya.


Saya sendiri begitu yakin akan hal ini, maka itu ketika Nyonya Chen menghubungiku,  dengan keyakinan yang pasti, saya memberitahukan dirinya : “Menfokuskan pikiran melafal Amituofo, pendarahan akan berhenti, kekuatan Buddha tak terbayangkan”. Ternyata Nyonya Chen demi menyelamatkan suaminya, dia melafal Amituofo dengan setulusnya, tidak lama kemudian pendarahan berhasil berhenti, tekanan darahnya juga kembali normal.


Nyonya Chen bertanya pada suaminya : “Apakah anda telah bertemu dengan Buddha Amitabha?” Upasaka Chen menggeleng-gelengkan kepala. Kemudian dia bertanya lagi : “Apakah anda telah melihat Bodhisattva Avalokitesvara?” Lagi-lagi dia menggelengkan kepala, namun dia menjawab telah melihat Bodhisattva Mahasthamaprapta, dan beberapa Bodhisattva lainnya, suaranya terdengar begitu lemah sepertinya menyebut nama beberapa Bodhisattva tersebut.


Setiap hari Nyonya Chen begitu sibuk mengurus bisnis dan rumahtangganya, tidak memiliki waktu untuk membaca sutra, sehingga dia tidak mengenal nama-nama Bodhisattva yang diucapkan suaminya itu. Begitu mendengarnya, saya langsung bisa mengetahui bahwa itu adalah delapan Maha Bodhisattva yang disebut dalam Sutra Bhaisajyaguru, telah terjalin dengan dirinya, mungkin waktunya telah semakin dekat untuk terlahir ke Alam Sukhavati.


Karena saya pernah berjanji padanya : “Kami akan mendampingimu melewati jalan ini, kita akan dengan selamat kembali ke dalam pelukan Buddha, anda jangan khawatir”. Maka itu saya harus menwujudkan janji ini. Nyonya Chen sendiri pernah memimpikan kami sebanyak tiga kali, kini tiba waktunya untuk mempersiapkan urusan menjelang ajal dan membantunya melafal Amtituofo. Menurut penuturannya sejak bertemu Bodhisattva, tidak ada pendarahan lagi. Tubuhnya juga amat bersih, mulanya masih harus disuntik anti sakit, sekarang tidak perlu lagi; boleh dikatakan kondisinya amat tenang, segala penyakit dan penderitaannya berakhir sudah, ini telah membuktikan isi dalam sutra Buddha. Selama ini Upasaka Chen begitu takut pada penderitaan sakit, tidak suka menahan kesulitan, dalam kondisi sakit dia memohon “meninggal dengan damai, seawal mungkin bertemu dengan Buddha Amitabha”.


Tetapi ketika rombongan kami tiba di rumah sakit, dia masih tidak mampu merelakan keluarganya, tidak ingin terlahir ke Alam Sukhavati, saya bertanya padanya : “Bukankah anda suka pada Buddha Amitabha dan Alam Sukhavati?” Dia bukan saja tidak menggelengkan kepala, namun juga berlinangan airmata. Sungguh kasihan, pada detik demikian masih belum menembusi rintangan ini, dia sendiri amat jelas, tubuhnya hampir tidak bisa digunakan lagi, namun dia masih terus berharap.


Saya menjelaskan pada putranya bagaimana kondisi ayahnya saat itu dan bagaimana cara membantu dia agar terlahir ke Alam Sukhavati, agar dia jelas keadaan saat itu, kemudian memohon agar Buddha memberkati sehingga ayahandanya dapat melepaskan kemelekatan dan bersukacita membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati”.


Saya menasehatinya : “Tubuh jasmani ini ibaratnya mobil yang kita sewa, dan kini sudah hampir tidak dapat digunakan lagi, jika dipaksakan akan terasa berat dan susah, walaupun sudah diperbaiki di bengkel, juga harus diganti dengan sebuah mobil yang baru. Buddha Amitabha sejak awal telah mempersiapkan mobil baru yang paling bagus dan terunggul buat dirimu,  mobil vajra yang takkan rusak, bagaimana caranya untuk mengganti dengan yang baru? Mudah saja, menfokuskan diri melafal Amituofo, begitu mobil lama ditinggalkan, maka segera menempati mobil baru. Jika memaksakan diri untuk mengendarai mobil rusak itu, maka pengendaranya juga akan amat bersusah payah. Kami akan menemanimu bersama-sama mengganti mobil baru, hanya saja kamu lebih beruntung karena memiliki kesempatan terlebih dulu, lebih awal ke Alam Sukhavati untuk kembali menjemput kami ke sana. Tenangkan hatimu dan pergilah. Terlahir ke Alam Sukhavati, bukan berarti berpisah dengan keluarga. Di Pohon Mustika Alam Sukhavati, anda bisa langsung melihat istri dan putra putri anda, melihat apa yang sedang mereka lakukan, lagipula dapat membantu dan melindungi mereka, sama sekali tiada rintangan. Seperti ketika menonton televisi, berada di layar yang sama, hanya saja nomor dan frekuensinya tidak sama. Asalkan salurannya diganti, maka acaranya tidak sama. Kita terlahir ke Alam Sukhavati juga sama, hanya perlu mengubah nomor dan frekuensi saja. Bagi para penghuni Alam Sukhavati, sesungguhnya mereka tidak pernah meninggalkan kita, karena mereka setiap saat dapat melihat dan membantu kita. Demikian pula ketika anda terlahir ke Alam Sukhavati, sama sekali tidak terpisah dengan kami. Maka itu terlahir ke Alam Sukhavati hanyalah mengganti nomor dan frekuensi saja, asalkan anda bersedia melafal Amituofo, maka anda telah mengganti frekuensi anda. Hanya saja kita manusia yang hidup di dunia saha ini, di hati kita ada halangan, barulah tidak dapat melihat Alam Sukhavati”.


Nyonya Chen berkata : “Kelak kami juga akan mengikuti dirimu terlahir ke Alam Sukhavati, anda pergi duluan, kemudian baru kembali menyelamatkan kami dan para makhluk. Alam saha ini terlalu menderita, menyiksa dirimu, kami sungguh tidak tega melihatnya. Di Alam Sukhavati ada kolam tujuh mustika dan air delapan jasa kebajikan, dasar permukaannya dilapisi emas. “Namamu adalah Jin-chi, anda harus ingat masuk ke kolam bunga teratai tujuh mustika di Alam Sukhavati!”


Semua orang memotivasi dirinya, mendampinginya melafal Amituofo. Tidak lama kemudian, hatinya telah melepaskan kemelekatan. Melepaskan hanyalah sebersit niat pikiran saja, ribuan bahkan puluhan ribu kalpa tidak dapat melihat segala hal dengan berlapang hati, tidak bisa melepaskan kemelekatan, sekarang sudah bisa melepaskan, juga hanyalah sebersit niat pikiran saja!                

  
Dikutip dari : Ceramah Master Dao Zheng
Judul :  Menebar Senyum Memasuki Kolam Tujuh Mustika