Menebar Senyum Memasuki Kolam Tujuh Mustika
Kisah Chen Jin-chi
Bagian 6
Setiap kalimat yang tercantum dalam sutra
adalah nyata dan tidak semu, apa yang diucapkan Buddha pasti akan menjadi
kenyataan, hanya saja sampai di mana anda dapat membangkitkan keyakinan dan
mengamalkannya. Bagi kita yang yakin pada kekuatan tekad maitri karuna Buddha
maka dalam seketika juga hidup di dalam Cahaya Buddha, jika tidak dapat
menimbulkan keyakinan maka akan hidup dalam bayangan gelap rintangan karma.
Insan yang yakin sepenuhnya, maka masa depannya bersinar terang; sedangkan insa
yang yakin setengah hati maka masa depannya adalah setengah terang dan setengah
redup. Yang paling penting adalah, asalkan ada keraguan maka akan masuk ke
kegelapan, maka itu harus lekas membangkitkan keyakinan hati, membuang
kegelapan dan menuju cahaya gemilang.
Sekitar 5-6 hari
sebelum kepergian Upasaka Chen, dikarenakan sel kanker telah menyerang
lambungnya hingga mengeluarkan darah, para dokter juga tidak bisa memastikan
apakah mampu menghentikan pendarahan ini. Jika kita panik dan melupakan Buddha
maka akan jatuh ke dalam kegelapan, dan mengikuti kekuatan karma bertumimbal
lahir untuk menyelesaikan semua hutang piutang. Masa kelahiran lampau kita
memakan daging makhluk lain, kehidupan kini kita harus membayarnya, masa lalu
kita begitu menginginkan makanan bergizi, sehingga membunuh makhluk lain, ini juga
harus dibayar, ketika harus melunasi hutang barulah kita tahu akan penderitaan.
Jujur
saja walau hanya satu saja nyawa yang melayang, kita juga tidak mampu
melunasinya; maka itu kita harus menyadari bahwa lebih baik saat menjelang ajal
harus membayar hutang, atau saat masih hidup cepat-cepat melunasinya! Andaikata
karma telah berbuah, apa yang harus dilakukan? Jika dapat mengerahkan segenap
tenaga melafal Amituofo, maka kekuatan jasa kebajikan dan kewibawaanNya tak
terbayangkan, sepatah Amituofo dapat melenyapkan delapan miliar kalpa karma
buruk berat tumimbal lahir, mewakili kita untuk melunasi hutang-hutang karma
kita, tak perlu khawatir tidak mampu sekaligus melunasi semuanya.
Saya sendiri begitu yakin akan hal ini, maka
itu ketika Nyonya Chen menghubungiku, dengan
keyakinan yang pasti, saya memberitahukan dirinya : “Menfokuskan pikiran
melafal Amituofo, pendarahan akan berhenti, kekuatan Buddha tak terbayangkan”. Ternyata
Nyonya Chen demi menyelamatkan suaminya, dia melafal Amituofo dengan
setulusnya, tidak lama kemudian pendarahan berhasil berhenti, tekanan darahnya
juga kembali normal.
Nyonya Chen bertanya pada suaminya : “Apakah
anda telah bertemu dengan Buddha Amitabha?” Upasaka Chen menggeleng-gelengkan
kepala. Kemudian dia bertanya lagi : “Apakah anda telah melihat Bodhisattva
Avalokitesvara?” Lagi-lagi dia menggelengkan kepala, namun dia menjawab telah
melihat Bodhisattva Mahasthamaprapta, dan beberapa Bodhisattva lainnya,
suaranya terdengar begitu lemah sepertinya menyebut nama beberapa Bodhisattva
tersebut.
Setiap hari Nyonya Chen begitu sibuk
mengurus bisnis dan rumahtangganya, tidak memiliki waktu untuk membaca sutra,
sehingga dia tidak mengenal nama-nama Bodhisattva yang diucapkan suaminya itu. Begitu
mendengarnya, saya langsung bisa mengetahui bahwa itu adalah delapan Maha
Bodhisattva yang disebut dalam Sutra Bhaisajyaguru, telah terjalin dengan
dirinya, mungkin waktunya telah semakin dekat untuk terlahir ke Alam Sukhavati.
Karena saya pernah berjanji padanya : “Kami
akan mendampingimu melewati jalan ini, kita akan dengan selamat kembali ke dalam
pelukan Buddha, anda jangan khawatir”. Maka itu saya harus menwujudkan janji
ini. Nyonya Chen sendiri pernah memimpikan kami sebanyak tiga kali, kini tiba
waktunya untuk mempersiapkan urusan menjelang ajal dan membantunya melafal
Amtituofo. Menurut penuturannya sejak bertemu Bodhisattva, tidak ada pendarahan
lagi. Tubuhnya juga amat bersih, mulanya masih harus disuntik anti sakit,
sekarang tidak perlu lagi; boleh dikatakan kondisinya amat tenang, segala
penyakit dan penderitaannya berakhir sudah, ini telah membuktikan isi dalam
sutra Buddha. Selama ini Upasaka Chen begitu takut pada penderitaan sakit,
tidak suka menahan kesulitan, dalam kondisi sakit dia memohon “meninggal dengan
damai, seawal mungkin bertemu dengan Buddha Amitabha”.
Tetapi ketika rombongan kami tiba di rumah
sakit, dia masih tidak mampu merelakan keluarganya, tidak ingin terlahir ke
Alam Sukhavati, saya bertanya padanya : “Bukankah anda suka pada Buddha
Amitabha dan Alam Sukhavati?” Dia bukan saja tidak menggelengkan kepala, namun
juga berlinangan airmata. Sungguh kasihan, pada detik demikian masih belum
menembusi rintangan ini, dia sendiri amat jelas, tubuhnya hampir tidak bisa
digunakan lagi, namun dia masih terus berharap.
Saya menjelaskan pada putranya bagaimana
kondisi ayahnya saat itu dan bagaimana cara membantu dia agar terlahir ke Alam
Sukhavati, agar dia jelas keadaan saat itu, kemudian memohon agar Buddha
memberkati sehingga ayahandanya dapat melepaskan kemelekatan dan bersukacita
membangkitkan tekad terlahir ke Alam Sukhavati”.
Saya menasehatinya : “Tubuh jasmani ini
ibaratnya mobil yang kita sewa, dan kini sudah hampir tidak dapat digunakan
lagi, jika dipaksakan akan terasa berat dan susah, walaupun sudah diperbaiki di
bengkel, juga harus diganti dengan sebuah mobil yang baru. Buddha Amitabha
sejak awal telah mempersiapkan mobil baru yang paling bagus dan terunggul buat
dirimu, mobil vajra yang takkan rusak,
bagaimana caranya untuk mengganti dengan yang baru? Mudah saja, menfokuskan
diri melafal Amituofo, begitu mobil lama ditinggalkan, maka segera menempati
mobil baru. Jika memaksakan diri untuk mengendarai mobil rusak itu, maka
pengendaranya juga akan amat bersusah payah. Kami akan menemanimu bersama-sama
mengganti mobil baru, hanya saja kamu lebih beruntung karena memiliki kesempatan
terlebih dulu, lebih awal ke Alam Sukhavati untuk kembali menjemput kami ke
sana. Tenangkan hatimu
dan pergilah. Terlahir ke Alam Sukhavati, bukan berarti berpisah dengan
keluarga. Di Pohon Mustika Alam Sukhavati, anda bisa langsung melihat istri dan
putra putri anda, melihat apa yang sedang mereka lakukan, lagipula dapat
membantu dan melindungi mereka, sama sekali tiada rintangan. Seperti ketika
menonton televisi, berada di layar yang sama, hanya saja nomor dan frekuensinya
tidak sama. Asalkan salurannya diganti, maka acaranya tidak sama. Kita terlahir
ke Alam Sukhavati juga sama, hanya perlu mengubah nomor dan frekuensi saja.
Bagi para penghuni Alam Sukhavati, sesungguhnya mereka tidak pernah
meninggalkan kita, karena mereka setiap saat dapat melihat dan membantu kita. Demikian
pula ketika anda terlahir ke Alam Sukhavati, sama sekali tidak terpisah dengan
kami. Maka itu terlahir ke Alam Sukhavati hanyalah mengganti nomor dan
frekuensi saja, asalkan anda bersedia melafal Amituofo, maka anda telah
mengganti frekuensi anda. Hanya saja kita manusia yang hidup di dunia saha ini,
di hati kita ada halangan, barulah tidak dapat melihat Alam Sukhavati”.
Nyonya Chen
berkata : “Kelak kami juga akan mengikuti dirimu terlahir ke Alam Sukhavati,
anda pergi duluan, kemudian baru kembali menyelamatkan kami dan para makhluk.
Alam saha ini terlalu menderita, menyiksa dirimu, kami sungguh tidak tega
melihatnya. Di Alam Sukhavati ada kolam tujuh mustika dan air delapan jasa
kebajikan, dasar permukaannya dilapisi emas. “Namamu adalah Jin-chi, anda harus
ingat masuk ke kolam bunga teratai tujuh mustika di Alam Sukhavati!”
Semua orang memotivasi
dirinya, mendampinginya melafal Amituofo. Tidak lama kemudian, hatinya telah
melepaskan kemelekatan. Melepaskan hanyalah sebersit niat pikiran saja, ribuan
bahkan puluhan ribu kalpa tidak dapat melihat segala hal dengan berlapang hati,
tidak bisa melepaskan kemelekatan, sekarang sudah bisa melepaskan, juga
hanyalah sebersit niat pikiran saja!
Dikutip dari : Ceramah
Master Dao Zheng
Judul : Menebar Senyum Memasuki Kolam Tujuh Mustika
Sumber : 笑著進入七寶池