Perumpamaan Aliran Sukhavati -- Menaiki Elevator
Bagian dua
Ketika
memasuki elevator harus dengan melangkahkan kedua kaki ke dalam, tidak bisa
hanya melangkahkan sebelah kaki saja ke dalam lift, sementara kaki lainnya
berada di luar; di
satu pihak ingin pergi ke
Alam Sukhavati, tetapi di pihak lain tidak sanggup melepaskan kemelekatan pada
alam saha. Satu kaki berada di dalam dan satu kaki lainnya ada di luar, mana
mungkin bisa bergerak menuju ke atas.
Satu kaki
berada di dalam dan satu lagi berada di luar, dapat dikatakan “tekad” belum
bulat! Sesungguhnya apakah perlu dinaiki lift tersebut? Ingin menaiki tetapi
sepertinya tidak menaikinya, sebaliknya jika kita mengatakan dia tidak menaiki,
tetapi sepertinya dia ada menaikinya.
Demikianlah
satu kaki di dalam dan satu kaki di luar, tersangkut di pintu elevator, begitu pintu lift tertutup, maka
tubuhpun tertindih, tidak bisa naik juga tidak bisa turun, tersangkut sampai
begitu menderita. Inilah yang disebut memiliki tekad tetapi sepertinya tidak bertekad,
tidak memiliki tekad tetapi sepertinya tekadnya ada, tidak bisa tegas dalam
mengambil keputusan, ini tidak ada gunanya.
Jika satu
kaki berada di dalam, satu kaki lainnya berada di luar, dengan demikian apakah
harus mengandalkan kekuatan elevator? Atau mengandalkan kekuatan kaki untuk
berjalan? Juga tidak berani mengandalkan kekuatan elevator, juga khawatir bila
mengandalkan kekuatan sendiri akan kelelahan, juga bukan mengandalkan kekuatanNya,
juga bukan mengandalkan kekuatan diri sendiri, juga tidak berani melangkahkan
kedua kaki ke dalam lift, dengan demikian tentunya ini bukanlah pengamalan!
Dalam
tindakannya, sepertinya dia tidak melafal Amituofo, tetapi juga tidak seperti tidak
melafal Amituofo. Tetapi jika ingin dikatakan dia melafal Amituofo, tetapi pikirannya
tidak terfokus, dan suka mengkhayal, banyak yang dikhawatirkannya; jika
dikatakan dia tidak melafal Amituofo, sepertinya dia tahu bahwa harus melafal
Amituofo, jika tidak maka tidak ada jalan lain lagi.
Masalah
separuh-separuh ini, sebelah di dalam, sebelah lagi di luar, memiliki tekad
tetapi sepertinya tidak bertekad, mengamalkan tetapi sepertinya tidak
mengamalkan, praktisi semacam ini, jujur saja, tidak bisa dikategorikan sebagai
“Aliran Sukhavati”, tetapi dimasukkan ke dalam “aliran duduk di atas pagar”, yaitu kelompok yang duduk di atas pagar. Satu kaki di dalam elevator, satu kaki berada
di luar elevator, bukan saja tidak bisa naik ke atas, malah menyalahkan bahwa
pintu lift menindihnya sehingga dia begitu menderita, sebenarnya dia sendiri
yang tidak memiliki keyakinan, tekad dan pengamalan, tidak sanggup masuk secara
keseluruhan ke dalam elevator tersebut.
Petikan
Ceramah Master Dao Zheng : Penyelamatan Dari Klinik 24 Jam
打比方說明淨土法門——坐電梯
(二)
進電梯要兩腳一起進去呀,不能一腳在裡面,一腳在外面;一邊又想要去極樂世界,一邊又放不下娑婆世界。一腳在內,一腳在外,當然上不去啊。一腳在內,一腳在外,可以說『願』還不具足啊!到底是要不要搭?要搭又像不搭,說他是不搭,他又像要搭。就這樣一腳在內,一腳在外,卡在電梯門口,電梯門一關,正好夾住,又不上又不下,夾得很痛苦。這就是有願又像沒願,沒願又像有願,拿不定主意,這是沒有用的。這樣一腳在內,一腳在外,到底是要靠電梯的力呢?還是要靠自己走路的力呢?又不敢靠電梯的力,又很怕靠自力會很累,又不是靠他力,又不是靠自力,也不敢放心地跨步走進電梯,這樣當然不算有行啊!在行為的表現上,又不像要念佛,又不像不念佛。說他有念佛嘛,他又不專心,都胡思亂想,罣礙一大堆;說他不念佛嘛,他又好像知道要念佛,否則沒有什麼好路可走。
這種一半在內,一半在外,有願又像沒願,有行又像沒行,這種人,說老實話,不能算『淨土宗』,只能算是『騎牆宗』,也就是騎牆派的。一腳在電梯裡面,一腳在電梯外面,不但不能上去,還要抱怨說這個電梯的門把他夾得好痛苦,其實是自己沒有信、願、行,不能夠干干脆脆地走到電梯裡面。
節錄自 :道證法師 《永不休診的救度》