Kisah Suku
Sakya --- “Bertobat dengan kekuatan sendiri” dan “Bertobat dengan setulusnya
melafal Amituofo dan yakin pada Kekuatan Buddha”.
Bagian 3
Kisah Suku
Sakya yang tidak mempunyai niat pikiran yakin dan bertekad, tidak dapat
membangkitkan keyakinan dan menerima maksud baik dari Buddha, maka itu tidak dapat
terjalin. Salah seorang praktisi beranggapan bahwa kisah ini adalah untuk
mengajari manusia agar jangan melakukan kejahatan. Sesungguhnya kisah ini
mengandung makna yang mendalam dan luas, bukan hanya itu saja. Cerita-cerita
dalam Ajaran Buddha, setiap kisahnya mengandung makna yang mendalam dan luas, tergantung
pada pemahaman masing-masing.
Pada saat itu
Suku Sakya tidak memiliki pemahaman terhadap karma buruk yang mereka lakukan
pada masa kehidupan lampau, tidak memahami dan juga tidak mengakui, tidak
menyesalinya, bahkan tidak tahu sama sekali; juga tidak memahami bahwa diri
sendiri memiliki Jiwa KeBuddhaan, sehingga dapat “mengubah kecerobohan untuk
kembali ke jalan yang benar”.
Lagipula
walaupun Buddha Sakyamuni adalah satu suku dengan mereka, tetapi mereka tidak
terlalu yakin dengan Ajaran Buddha, juga tidak
menganggap bahwa Buddha dapat menyelamatkan mereka, juga tidak percaya bahwa
Buddha dapat mewakili mereka memikul beban karma. Dalam kondisi tidak percaya
ini, tentu saja takkan sudi menerima maksud baik dan penyelamatan dari Buddha.
Maka itu walaupun bersaudara dengan Buddha juga tak berdaya. Tidak ada
keyakinan dan tekad, juga tak berguna.
Tetapi apabila mereka dapat kembali ke
jalan yang benar, kondisinya tentu saja tidak sama, maka sejarah harus dicatat
ulang. Kita harus memahami, “segala sesuatu diciptakan oleh pikiran”, ini
adalah kebenaran mendasar dari Ajaran Buddha. Niat pikiran mereka adalah niat
pikiran yang tanpa keyakinan dan tekad, tentu saja akan memunculkan buah akibat
yang tanpa keyakinan dan tekad. Walaupun pada awalnya Buddha yang dapat memikul
beban karma, yang mampu menyelamatkan, tetapi mereka tidak membangkitkan
keyakinan dan tekad untuk menerimanya, ini juga sama dengan diri sendiri
bersikeras untuk tetap berada di saluran kekuatan karma, menuruti kekuatan
karma menerima pembalasannya. Ini bukan tidak mampu dipikul Buddha dan tidak
sanggup menyelamatkan, tetapi diri sendiri yang tidak percaya dan menerima
maksud baik dari Buddha, maka itu tidak terjalin.
Ibarat dapat menumpang kapal
menyeberangi laut, seharusnya kapal dapat memikul berat badan mereka beserta
seluruh koper bawaan mereka; tetapi bagi mereka yang tidak membangkitkan
keyakinan dan tekad, maka akan bersikeras untuk berenang sendirian. Ini
bukanlah kapal yang tidak sanggup mengangkut, tetapi karena kita tidak percaya
dan tidak sudi menaiki kapal, diri sendiri yang memilih untuk berenang dan
kemudian mati tenggelam, tidak bisa menyalahkan kapal yang tidak dapat
mengangkut dan menyeberangkan.
Terhadap mereka yang tidak yakin dan
bertekad duduk di atas kapal, tentu saja kapal tidak dapat mengangkutnya dan
koper-koper bawaannya. Tetapi bagi mereka yang memiliki keyakinan dan tekad
maka tentu saja kapal dapat mengangkutnya berserta koper-koper bawaannya.
Petikan
Ceramah Master Dao Zheng : Penyelamatan Dari Klinik 24 Jam
釋迦族的故事——『靠自力的忏悔』和『至心念佛信靠佛力的忏悔』
(三)
釋迦族的故事——沒有信願的心念,不能夠信受佛的好意,所以不相應
一位童子認為這個故事是教人不要造業。其實這個故事,含義甚深甚廣,教育方向也有很多層面,不只是如此而已。佛經當中的故事,每一個故事都含義甚深甚廣,但看各人如何領會,深者見深,淺者見淺。
當時的釋迦族他們對自己過去所造的業沒有了解,沒有了解也沒有承認、沒有忏悔,甚至還一無所知;也不知道自己有佛性,可以『苟一念回心』。而且雖然釋迦佛是他們的親族,他們對佛並沒有信心,根本就不認為佛能夠救他們,也不相信佛能夠代替他們背業。這樣沒信心的狀況,當然也不會願意接受佛的好意救度。所以和佛是親戚,很親密也沒有用。沒有信願,就沒有用。
但是假設他們能苟一念回心,狀況當然就不一樣了,歷史就要重寫了。我們要了解,『萬法唯心造』,這是佛法的基本道理。他們的心念是沒有信願的心念,當然會造出沒有信願的結果。縱使佛本來是能夠背業,能夠救的,但是他們沒有信願來接受,等於是自己堅持在業力的頻道,要照業力來受報。這並不是佛不能背,不能救,是自己不能夠信受佛的好意,所以不相應。就好像明明可以坐船渡海的嘛,明明船可以背負他們的體重和一切行李;但是對船沒有信願的人,就會堅持要自己游泳啊。這不是船不能載,是自己不信,不願意乘船,是自己選擇要游泳淹死的,可不能怪船不能負載。
對於沒有信願坐船的人,船當然是不能載他,不能載他的行李。但是對於有信願坐船的人,船當然可以載他,包括一切行李。
節錄自 :道證法師 《永不休診的救度》