Jalinan Cinta Menjadi Jalinan Pencerahan – Praktisi
Nian-fo Yang Luar Biasa
Ketika saya bertemu dengan masalah, saat marah dan
risau, saya akan mengingat teladan yang ditunjukkan oleh para praktisi Nian-fo.
Walaupun penampilan mereka hanya biasa-biasa saja, namun sesungguhnya mereka
sesungguhnya adalah insan yang luar biasa, salah satunya adalah Lin shi-jie
(shi-jie adalah sebutan untuk umat wanita).
Yakin pada Buddha Amitabha Maka Pindah Rumah
Ketika itu, saya pindah dari
Kaohsiung ke Taichung dan menyewa rumah, tujuannya adalah ingin mendengar
ceramah Upasaka Li Bing-nan, saat itu beliau telah berusia lebih dari 90
tahun. Saat itu dari pekerjaan ku di rumah sakit, saya amat menyadari
ketidakkekalan serta sulitnya kesempatan mendengar Dharma, maka itu seharusnya
lebih menghargai kesempatan belajar Dharma selama Kalyanamitra masih berada di
dunia, menggunakan masa muda untuk tekun belajar Dharma.
Karena itu saya meminta bantuan rekan
saya Dokter Chen untuk mencarikan rumah buat diriku. Dokter Chen berhasil
mencarikan rumah seorang sahabat Dharma yakni Lin shi-jie. Kami tak pernah
bertemu, namun asalkan yakin pada Buddha Amitabha maka jadi pindah rumah.
Dokter Chen memberitahukan padaku, suami
Lin shi-jie meninggal pada usia muda dalam sebuah kecelakaan, Lin shi-jie
mengandalkan menjual nasi vegetarian untuk membiayai hidup keluarganya. Mertuanya
yang telah berusia 80 tahun dan 4 orang anak yang masih kecil. Dokter Chen
mengatakan Lin shi-jie adalah insan yang suka membantu orang lain.
Honey, pergilah dengan
Buddha Amitabha, semua beban akan kupikul sendiri!
Suatu hari ketika sedang duduk
mengobrol dengan para sahabat Dharma, barulah diketahui ternyata Lin shi-jie
memiliki pengalaman dan tindakan yang luar biasa. Ternyata Lin shi-jie adalah
seorang istri yang sangat mengandalkan suaminya, untunglah suaminya baik. Lin
shi-jie juga amat manja dan walapun di depan umum juga suka memanggil suaminya
dengan sebutan Honey. Waktu itu dia belum memahami ajaran Buddha, hanya pernah
mendengar bahwa menjelang ajal harus melafal Amituofo. Pada hari terjadinya
kecelakaan pada suaminya, rekan-rekan segera menemani Lin shi-jie meninjau
lokasi kejadian.
Suaminya yang langsung mati di tempat,
dan darah mengalir di jalanan, pihak keluarga yang melihat tentunya akan sangat
menyayat hati, apalagi bagi Lin shi-jie? Namun di luar dugaan, ketika sampai di
lokasi kejadian, Lin shi-jie berada di samping jasad suaminya, dengan tulus
mengucapkan : “Honey! Cepatlah melafal Amituofo! Pergilah ikut Buddha Amitabha
ke Alam Sukhavati! Serahkan padaku semuanya akan kupikul sendiri, mama dan
anak-anak akan kujaga dengan baik, anda pergilah dengan tenang, serahkan
semuanya padaku!” Kemudian dengan tenang dia duduk bersila di jalanan dan mulai
melafal Amituofo, setiap lafalannya terdengar begitu tulus!
Kestabilan dalam sambaran petir di hari yang cerah,
cinta sejati dalam kematian yang menyayat hati.
Rekan-rekannya mendampingi Lin
shi-jie melafal Amituofo, namun tiada yang menyangka Lin shi-jie bisa begitu
stabil, begitu mendalam meyakini Buddha Amitabha, maha maitri maha karuna Nya
menyelamatkan para makhluk. Keyakinan yang amat mendalam ini sehingga dia tidak
ditumbangkan oleh kondisi ini, tidak dikacaukan oleh perasaan cinta, yang
terpikir olehnya adalah bagaimana agar suami dapat pergi dengan tenang
mengikuti Buddha Amitabha ke Alam Sukhavati. Polisi juga mengatakan ketika
mereka sampai di lokasi juga tidak
terdengar suara tangisan atau jeritan, yang ada hanya suara lafalan Amituofo,
maka itu merasa aneh dan bertanya : “Apakah kalian keluarga almarhum?” Namun
Lin shi-jie tetap melanjutkan melafal Amituofo.
Li shi-jie bertanya pada Lin shi-jie :
“Mengapa dalam kondisi yang demikian anda bisa begitu stabil? Walaupun para
praktisi yang dalam keseharian telah memiliki persiapan batin, namun dalam
menghadapi kondisi demikian juga tidak bisa mengeluarkan ucapan seperti anda!”
Ya memang benar! Bila dari sudut
dirinya, coba kita pikirkan sambaran petir di hari yang cerah! Kematian yang
menyayat hati! Biasanya keseluruhan tubuh akan gemetar, tangisan dan jeritan,
mengeluh, memarahi Buddha tidak melindungi, menyalahkan bahwa orang baik cepat
mati; dan juga mengeluarkan tangisan dan jeritan : “Setelah anda mati, tinggal
saya seorang diri harus menanggung nafkah keluarga, mana mungkin saya sanggup?”
Saya telah menyaksikan banyak
kejadian begini di rumah sakit, maka itu ketika mendengar kisah Lin shi-jie, jadi
sangat tergugah juga merasakan kekuatan Buddha yang tak terbayangkan, Jika ada
yang bertanya adakah tembang cinta sejati maka saya merasa inilah dia!
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.