Seketika juga
menebarkan benih sukacita! (Buat apa menanam bibit kebencian?)
Walaupun dikhianati suaminya, namun
Ibu tua senantiasa bersukacita melafal Amituofo, dalam sanubarinya tiada
kebencian, sehingga menyempurnakan segala jasa kebajikan. Mengapa ada yang
bertemu masalah ini malah memilih marah dan menangis sepanjang hidupnya? Sebaliknya
Ibu tua malah memilih menenangkan diri dan bersukacita, menebarkan benih
kebahagiaan, sehingga memiliki akhir kisah yang membahagiakan. Sedangkan bagi
mereka yang menangis serta membenci, seketika juga menanam bibit penderitaan,
kelak buah yang dinikmati juga akan terasa pahit, jadi manakah yang akan anda
pilih?
Musuh dan kerabat setara,
bersama-sama terlahir ke Alam Sukhavati.
Kembali pada kisah Ibu tua, sang selir yang
terbaring sakit berkepanjangan selama lebih dari sepuluh tahun, setelah
mendapatkan anjuran nasehat dari anaknya dan Ibu tua, dia pun menyesali
perbuatannya, dan melafal Amituofo. Pada permulaan ketika selir baru jatuh
sakit, putra kandung Ibu tua yang menanggung seluruh biaya pengobatannya yang
begitu mahal, juga bukan karena dia adalah selir ayahnya maka harus diabaikan. Kemudian
ada seorang Bhiksu senior yang memberitahu bahwa walau berada dalam kondisi
koma, namun selir telah bertobat dan melafal Amituofo.
Setelah belasan tahun terbaring dalam kondisi koma
akhirnya selir meninggal dunia, anaknya yang berbakti beserta Ibu tua
mendampingi melafal Amituofo. Kekuatan tekad Buddha Amitabha sungguh tak
terbayangkan, akhirnya dari wajah selir muncul sebuah senyuman damai, dan kulit
wajahnya menjadi mulus terlihat lebih muda 20 tahun sehingga tidak dikenali. sungguh
tak berani dipercaya! Ibu tua segera memanggil putri kandungnya untuk membantu
melafal Amituofo dan menghibur anak selir. Dan luar biasa pula, upacara
berkabung dilaksanakan di rumah Ibu tua,
dan Ibu tua sendiri mewakili keluarga selir untuk mengucapkan terimakasih
kepada para pelayat, merupakan hal yang sungguh tak ternilai.
Sudi memaafkan takkan membawa kerugiaan apa-apa,
malah dihati setiap insan akan mengalir sebuah kehangatan, para Buddha dan
Bodhisattva juga akan tersenyum ria memberi pujian -----“Bodhisattva dalam
melakukan persembahan dana, tidak membedakan musuh dan kerabat, tidak
mengungkit dendam lama, tidak membenci
orang jahat”.
Keluarga Ibu tua yang penuh maitri karuna telah
mengukir sebuah kalimat indah : “ Bersama semua musuh dan kerabat terlahir ke
Alam Sukhavati” ; membuat kita memahami welas asih tanpa batas dari Buddha
Amitabha; di dunia yang dipenuhi lima kekeruhan, yang penuh dengan perebutan,
menyempurnakan tekad Buddha, meninggalkan jejak kesucian, lembaran Sukhavati
membangunkan hati insan yang sedang tersesat……
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.