Sebuah nilai tidak ada yang mutlak;
berubah menurut kemelekatan seseorang; kemelekatan pada cinta menyebabkan anda
menderita.
Sebuah “nilai”tidak ada standarnya, menuruti kemelekatan manusia dan menjadi
sebuah ketetapan. Contohnya, bagi seorang murid sekolah dasar, game merupakan
sesuatu yang amat bernilai, namun bagi saya itu tidak perlu. Maka itu bagi
seorang anak yang kehilangan mainan game nya, maka dia akan amat bersedih;
namun bagi saya yang tidak menyukai benda ini, bila kehilangan malah senang
karena ruang jadi lebih lapang. Karena itu bukan karena kehilangan maka orang
menjadi sedih, namun karena barang yang anda sukai sehingga jadi “kemelekatan”
yang menjadikan anda bersedih hati. Andaikata anda memiliki mantel bulu yang
amat berharga, mungkin anda merasa bangga waktu memakainya, dan jika kehilangan
anda akan bersedih sampai tidak berselera makan dan tidak tidur; namun bagi
saya, mantel bulu tersebut penuh dengan kekejian serta darah dan airmata, saya
takkan sudi mengenakannya. Maka itu sebuah nilai tidak memiliki kemutlakan,
sama halnya dengan pandangan manusia, juga akan senantiasa berubah.
Menganggap Bernilai Maka Tidak Bisa Ikhlas Dan
Rela.
Kita selalu berkata : “Ikhlas dan
Rela”. Bila anda merasa sebuah benda atau sebuah kejadian memiliki nilai, maka
anda tidak mungkin bisa mengikhlaskan dan merelakan. Maka itu kita harus
memahami bahwa sesuatu itu sesungguhnya tidak memiliki nilai sama sekali, barulah
dapat mengikhlaskan dan merelakan.
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.