Bagaimana Cara Melatih Kesabaran?
(Mengapa bersabar itu merupakan tekanan?)
Ada yang bertanya pada saya : “Bagaimana
cara melatih kesabaran?” Karena praktisi ini bertemu dengan banyak masalah, dalam
hatinya terasa ada bongkahan batu yang besar. Saya menjawab : “Sebaiknya anda
tidak bertanya pada saya tentang hal ini, karena saya sendiri saja tidak mampu,
bagaimana bisa mengajarimu?”. Saya sendiri tidak mampu bersabar, memaksakan
diri untuk bersabar sungguh menderita, saya hanya mencoba menyelaminya
perlahan-lahan, kemudian bertanya kembali pada diriku kembali : “Mengapa saya
bisa merasa bahwa itu adalah hinaan dan tekanan batin, sehingga saya harus
bersabar?”, pastinya saya sedang bersabar terhadap sesuatu yang memiliki nilai,
sehingga merasa dampaknya adalah hinaan, adalah sebuah kondisi yang sulit bagi
kita untuk menahan diri, sehingga kita merasa perlu bersabar! Sesungguhnya
segala kondisi adalah seimbang dan biasa-biasa saja, mana perlu harus
menggunakan ilmu kesabaran!
“Kejayaan” Palsu Tiada Nilainya, maka Tidak Ada
“Hinaan” Yang Perlu di Sabarkan
Mari kita mengambil sebuah contoh :
Ketika
Master Guang-qin masih berada di dunia ini, pernah suatu kali ada seorang
wartawan, karena melihat banyak umat yang memberi persembahan kepada Master,
maka niat jahatnya muncul, wartawan ini kemudian naik ke atas gunung dengan
maksud untuk memeras Master. Ketika bertemu Master, dia pun menjulurkan
tangannya dan berkata : “Cepat serahkan uang, kalau tidak pena ku akan
berbicara, jika anda tidak bersedia memberiku uang, saya akan menulis artikel
yang menjelek-jelekkan dirimu, besok pagi ketika orang membaca di suratkabar,
dijamin seluruh pergunungan mu takkan ada yang berani berkunjung.
Mendengar
ancaman ini Master Guang-qin hanya bersikap biasa-biasa saja dan menjawab : “Tolonglah!
Kalau bisa tulis yang lebih parah lagi! Silahkan anda tulis apa saja gak
masalah, saya tidak membutuhkan penghormatan dari umat. Sesungguhnya makin
banyak yang ingin meminta pemberkahan dariku, maka setiap hari saya harus mempersiapkan
air Maha Karuna Dharani, sebaliknya bila tidak ada lagi orang yang menghormati
ku, maka saya dapat dengan tenang dan leluasa melafal Amituofo!”. Si wartawan
yang mendengar penuturan Master ini, berkata bahwa selama dia melalang buana
tidak pernah bertemu dengan Bhiksu yang sedemikian!
Seperti
kata pepatah “Insan yang tidak memiliki permohonan karakter dirinya jadi
meningkat”. Masalah ini bagi Master
Guang-qin merupakan hal yang biasa! Dapat dikatakan tidak perlu
menggunakan ilmu kesabaran. Karena kita orang awam, menganggap bila seorang
Master Senior dimuat di suratkabar, kalau berita itu positif maka bernilai,
makanya barulah kita takut pada dampak yang sebaliknya. Namun bagi Master
Guang-qin, beliau merasa bahwa bila
dirinya dimuat di suratkabar juga tak bernilai apa-apa! Jadi sejelek apapun
yang ditulis juga tak masalah!
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.