Kejayaan dan Ketenaran adakah nilainya? Jika tidak
bernilai buat apa taruh terus di hati?
Baik buruknya diri kita bukanlah ditentukan
oleh kritikan orang lain, kalau memang diri kita tidak baik, walaupun suratkabar
memuat betapa baiknya dirimu, juga tiada gunanya! Sebaliknya bila diri sendiri
tidak berbuat kejahatan, suratkabar menulis keburukanmu, maka itu bukan
urusanmu dan tidak ada kaitan dengan dirimu! Kita selalu menganggap bahwa
kritikan orang lain itu sangat bernilai, sehingga orang lain mengatakan kita
tidak baik maka kita akan bersedih hati, dan orang lain memuji kita maka kita
merasa sangat senang, boleh dikatakan bahwa setiap hari kita menuruti kritikan
orang lain, perasaan pun jadi timbul
tenggelam.
Terutama jika orang lain mengatakan
dirimu tidak baik, dan apalagi menfitnah dirimu, maka kita amat bersedih, jika
lagi harus mempertahankan sikap, tidak ingin berdebat dengan nya, maka akan
lebih tertekan lagi, di saat begini lebih membutuhkan “kesabaran”. Kesabaran
begini jika tidak menggunakan sedikit kebijaksanaan untuk memahaminya,
mengurainya, terus memaksakan untuk menahan diri, bisa-bisa penyakit pun ikut
muncul, sedikitpun tidak bisa “paramita”.
Bila ketrampilan kita cukup, maka kita dapat mempergunakan sudut nilai untuk
memahaminya, sesungguhnya hal mana yang telah membuat kita merasa tertekan dan
tak ikhlas, di dunia ini adakah hal yang bernilai? Justru hal yang benar-benar
bernilai barulah layak dipertahankan! Yang tidak bernilai buat apa taruh di
hati?
Pandangan seorang Bhiksu Senior tentang sebuah nilai
– Sukacita dan Kebebasan! (Dua kaki memikul satu tabung kotoran)
Saya mengenal seorang Bhiksu senior yang
bernama Master Huang-zong, suatu hari beliau duduk di sebuah tempat, ada seorang
umat yang berjalan menuju ke tempatnya dan menyapanya, namun sang Bhiksu
ternyata tidak menyadarinya, umat tersebut langsung marah-marah : “Dasar Bhiksu
tua, dasar kotoran, sengaja tidak peduli padaku”. Kemudian sang Bhiksu malah
memujinya : “Ah! Hari ini anda telah membuka kebijaksanaanku! Anda juga tahu bahwa
diriku ini dua kaki memikul satu tabung kotoran, setiap hari berlalu lalang ke
sana kemari”.
Kita orang awam bila dimarahi begitu
pasti langsung naik pitam dan berdebat dengannya, namun sudut pandang Bhiksu senior
dengan kita tidaklah sama. Beliau berpendapat hal ini tidak bernilai
diperdebatkan. Maka itu beliau segera memuji orang yang memarahinya itu, kita
memang adalah dua kaki memikul satu tabung kotoran, setiap hari berlalu lalang
ke sana kemari! Jika timbul amarah dan berkata kasar, maka mulut pun jadi katup
tabung kotoran. Kita dapat memahami para Bhiksu senior ini, sudut pandang
mereka amatlah berbeda dengan kita, maka itu hal yang membuat kita risau justru
dihadapi mereka dengan sukacita dan bebas.
Sesungguhnya, “nilai” itu tidak
memiliki kemutlakan, dan kita dapat mengubahnya setiap saat.
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.