Cinta Duniawi --- Hanya Mencintai Diri Sendiri
(Munafik)
Sering terdengar pasangan muda yang
melantunkan lagu cinta, sampai ketika salah satu dicampakkan, tak perlu
membahas sampai menjelang ajal. Jika tidak mencampakkan pasangan nya yang
mendadak jatuh sakit, juga akan mempertimbangkan apakah penyakit pasangan nya
akan menulari dirinya? Di dalam rumah sakit, banyak pasangan hidup dan pihak
keluarga secara diam-diam menanyakan hal ini kepada saya, sehingga pandangan
saya terhadap “cinta” benar-benar menggelengkan kepala, benar-benar menyelami
sesungguhnya manusia hanya mencintai dirinya sendiri!
Bila seseorang mati dengan
mengeluarkan darah, maka sekejab saja bau akan segera menyebar, sulit untuk
mendapati ada pihak keluarga yang bersabar untuk melafal Amituofo selama 8 jam,
berharap agar jasad secepatnya diantar ke ruang pembeku, dan segala urusan pemakaman juga diserahkan
pada rumah duka, sampai urusan memakaikan pakaian pada almarhum juga tidak
berani dilakukan sendiri, juga malas melakukannya.
Saya selalu merasa manusia bila satu
nafas berhenti, maka akan menjadi jasad yang menakutkan, lebih tidak berharga
bila dibandingkan dengan jasad hewan. Manusia bilang jasad hewan bergizi,
sampai menghabiskan uang untuk membelinya.
Honey sejati ----- menyerahkan segalanya ke dalam
lautan tekad Buddha Amitabha.
Manusia memiliki perasaan, jika
tinggal bersama dalam jangka waktu lama, saat berpisah tentu meninggalkan
kesedihan, namun cobalah dengar dengan seksama apa yang ada dalam kesedihan
tersebut, hanyalah untuk diri sendiri, jarang yang memikirkan kepentingan orang
lain. Lain halnya dengan kisah Lin shi-jie yang memberikan ucapan nya pada saat
ajal suaminya, sungguh merupakan cinta sejati yang demi memberi kebaikan pada
pasangan nya. Yang telah memahami bahwa dunia ini tak kekal, sehingga kala
malapetaka muncul, segera menyelesaikan nya dengan kebijaksanaan.
Walaupun dulunya penampilan Lin
shi-jie sehingga orang lain tidak menyangka bahwa dia memiliki keyakinan
mendalam pada Buddha Dharma, namun di hatinya dia yakin adanya alam tumimbal
lahir, hanya dengan terlahir ke Alam Sukhavati barulah dapat terbebas dari
tumimbal lahir, maka itu dengan tanpa keraguan dia berucap : “Honey cepatlah
melafal Amituofo, pergilah bersama Buddha Amitabha ke Alam Sukhavati!” Dia
takkan menggunakan kebodohan dengan menangis,
namun dengan kata bijaksana dan welas asih agunguntuk menggantikan
tangisan, dan yang paling luar biasa adalah menyerahkan semua perasaan cinta
melebur ke dalam lautan tekad Buddha Amitabha, menjadi penyelamat dalam arus
tumimbal lahir! Menurutku ini barulah Honey sejati.
Serahkan pada Buddha Amitabha tak perlu menangis,
meneladani maitri karuna Buddha Amitabha.
Di mata insan duniawi, betapa tidak beruntungnya
seorang wanita muda yang kehilangan suami, namun dia yakin akan kekuatan tekad
Buddha Amitabha yang selain pasti telah menyelamatkan suaminya, juga akan menjaga
seluruh keluarganya, kelak juga akan menjemputnya ke Alam Sukhavati. Setelah
melalui bantuan rekan-rekan membantu melafal Amituofo, wajah suaminya yang
semula tampak menderita akhirnya tersenyum, karena itu dia merasa tak perlu
bersedih dan menangis pilu, semuanya diserahkan kepada Buddha Amitabha! Dia
tetap seperti biasa begitu riang gembira, bersemangat melewati hari-harinya,
dan yakin akan satu hal yakni mereka akan berkumpul kembali di Alam Sukhavati,
bersama-sama melatih diri mencapai KeBuddhaan.
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.