Tertekan menjadi
terbebas ---- kondisi yang sama suasana hati berbeda.
Bertemu dengan masalah
apapun, adalah cobaan dari Buddha Amitabha.
Ada suatu ketika pas kebetulan musim
libur, ada 3 orang sahabat Dharma berencana pergi berlibur. Sepanjang perjalanan
mereka memutar radio ke channel ceramah Buddha Dharma, merasakan diri sendiri adalah praktisi senior.
Tiba-tiba ada sebuah truk dengan
kecepatan tinggi memotong dari samping, kemudian supir truk itu menjulurkan
kepalanya keluar dan marah-marah : “Anak muda, baru belajar menyupir ya?
Ketrampilan begitu jelek masih berani mengendara di jalanan!” Kemudian
meludahkan sirih, memuntahkan asap hitam dan melesat pergi. Sahabat Dharma yang
sedang menyupir tiba-tiba dimarahi orang tentu saja menjadi risau, dalam
hatinya berpikir : “Sudah 20 tahun saya menyupir, kenapa bilang saya baru
belajar! Saya menyupir dengan baik, dia saja yang sembarangan menerobos, malah
berbalik memarahiku, sungguh tak beralasan! Sudah itu masih sengaja memuntahkan
asap hitam. Perasaannya yang semula begitu gembira, ibarat tiba-tiba disiram
air es, terpikir kejadian tadi yang menjengkelkan hati, sampai-sampai tidak
punya mood lagi untuk mendengar ceramah radio.
Sahabat Dharma yang lain berkata
:”Mungkin supir truk tadi semalam tak tidur, paginya dimarahi bosnya, jadi perasaan
nya lagi labil, mari kita melafal Amituofo sejenak untuk mendoakannya, daripada
sepanjang perjalanan beresiko bahaya! Amituofo!
Lagi ada seorang sahabat Dharma yang
sedang menikmati sushi, melihat kondisi ini berkata :”Orang seperti ini
jelas-jelas melanggar aturan lalu lintas! Polisi tidak menegurnya sungguh tak
beralasan, sungguh membuat orang jadi emosi saja. Betul-betul orang jahat di
dunia yang dipenuhi lima kekeruhan!” Demikianlah kalimat demi kalimat yang
dilontarkan untuk memprotes kejadian itu. Perasaan sukacita yang dibawa sejak
awal kini malah berubah, semangat semula yangmendengarkan ceramah Dharma kini
telah berubah, kejadian yang mendadak tak diinginkan itu telah membuat pemandangan alam yang semula
enak dipandang kini menjadi tidak begitu menarik lagi.
Cobaan
Tiba-tiba mereka melihat ada penjual
madu, karena salah satu dari mereka suka minum madu maka dia mengajak :”Ayo kita
pergi beli”, karena memang sudah keluar jadi belinya juga berbotol-botol. Setelah
itu mereka menaruhnya di dalam mobil, topik pembicaraan pun berubah jadi jenis
madu apa yang lebih berkualitas (lagi-lagi ceramah Dharma dikesampingkan!)
Ketika sedang asyik mengobrol,
tiba-tiba baru menyadari salah jalan, maksud hati ingin turun dari mobil dan
bertanya pada orang lain, pas saat ingin menghentikan mobil, tiba-tiba ada
mobil yang melaju kemari, untunglah tidak tertabrak. Namun karena saling
berbenturan, tentu saja ada gesekan, permukaan cat mobil terdapat goresan,
pemilik mobil itu segera turun dengan tidak senang, sangat tidak dapat
mengikhlaskan mobil barunya ada parutan, sehingga dengan emosi berkata:”Kamu
harus ganti rugi atau saya takkan melepaskan kamu”. Sahabat Dharma yang
menyupir itu sungguh merasa tertekan,
sejak pagi ada saja yang memarahinya, sekarang orang ini menabrak mobilku tapi
kok menyalahkan dan meminta ganti rugi, ah! Ini dunia apa? Ketika dia ingin balas
memarahi, namun terpikir :”Kami adalah pengikut Buddha, tidak layak memarahi
orang lain”, sehingga berusaha keras memadamkan amarah, namun dihati terasa ada
sebongkah batu besar, airmata terasa ingin mengalir keluar, kegembiraan awal
telah hancur.
Sahabat Dharma yang lain berusaha
berdebat : “Harusnya anda yang bersalah, bukannya meminta maaf, malah meminta
ganti rugi, mari mari mari, kita minta keadilan ke polisi, saya paling tidak
suka pada orang jahat, jangan mengira bisa galak maka kami takut padamu! Kami
hanya takut pada orang baik namun tidak gentar pada orang jahat!” Dengan ucapan
ini suasana menjadi lebih panas lagi, sampai-sampai ingin mengangkat kepalan
tangan.
Untung ada seorang sahabat Dharma
yang melerai : “Betapa berjodohnya kita dapat bertemu di jalanan, mari kita
beri muka kepada Buddha Amitabha, mari kita menjalin jodoh baik, goresan akibat
benturan pada mobil memang tak terelakkan, namun kita harus berterimakasih pada
Buddha karena memberkahi kita sehingga selamat, bila kita sudi saling
bertoleransi maka takkan ada masalah. Karena mobil juga sudah tergores, tak
peduli betapa sakitnya hati anda, tetap harus membawanya ke bengkel untuk
direparasi! Bukannya harus dibawa ke pengadilan, barulah goresan dapat pulih,
bila kita bertengkar terus akan merugikan tenaga kita, maka lebih parah dari
luka parutan yang diderita mobil! Kita
harusnya bergembira mobil yang direparasi akan menghasilkan mobil yang lebih
bagus!”
Akhirnya setelah mendengar ucapan
ini, emosi pemilik mobil itu jadi agak reda dan menyetir pergi mobilnya.
Jangan biarkan
kesalahan orang lain mempengaruhi kebahagiaan dan tujuan semula.
Adegan tak
menyenangkan, tak perlu disimpan dalam hati.
Begitu kembali ke mobil, 3 sahabat
Dharma ini mendapati madu yang dibeli berbotol-botol itu karena benturan tadi
jadi pecah, madu yang di dalam botol mengalir keluar, seluruh mobil jadi
lengket-lengket. Sahabat Dharma yang menyupir mobil berkata :”Hari ini sungguh
sial, saya tak ingin melanjutkan lagi, sepanjang jalan begitu banyak
liku-liku!” Sahabat Dharma yang lain berkata :”Benar! Sialan”. Sahabat Dharma
yang ketiga berkata :”Ini bukanlah kecelakaan pertama, kedua, namun dunia ini
memang “tak kekal”, banyak kejadian yang tak bisa kita duga, juga tak bisa
disebut kecelakaan. Tak peduli sepanjang jalan, jalinan jodoh apa yang kita
temukan, tidak perlu sampai mengubah perasaan dan tujuan kita yang semula. Orang
lain mau bagaimana menyetir, itu adalah urusan masing-masing, jangan karena
kesalahan orang lain maka mengubah kegembiraan dan tujuan berlibur kita, harusnya kita tetap melanjutkan rencana
liburan kita. Tadi adalah kondisi yang tak menyenangkan yang hanya berlangsung
beberapa menit saja, kita jangan memperpanjang waktunya di dalam hati kita,
sehingga diri sendiri menjadi sangat menderita. Saya malah merasa ceramah di
radio amat menarik, ini lebih layak kita renungkan. Seperti kejadian tadi, kita
tidak perlu menyia-nyiakan liburan kita yang amat berharga untuk memikirkannya,
kita harus lebih tekun melafal Amituofo untuk melewati liburan sukacita kita”.
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.