Jalan melatih diri,
tak terhindarkan dari tekanan dan liku-liku, janganlah mundur!
Melafal Amituofo
untuk kebahagiaan diri sendiri, serta mendoakan insan lain.
Mari kita lakukan introspeksi diri, kita
yang bertekad terlahir ke Alam Sukhavati, bila bertemu dengan kondisi seperti
mereka, mengalami tekanan dan liku-liku di jalanan, apakah kita akan
terpengaruh, dan perasaan pun ikut berubah? Atau melupakan tujuan kita yang
semula? Kalau kita harus menanti sampai seluruh manusia di dunia ini jadi begitu
ramah, dan setiap orang memperlakukan kita dengan sopan, barulah kita bisa
merasa bahagia, maka selamanya kita tak perlu berbahagia lagi! Bila sikap orang
lain pada kita buruk, kita boleh melafal Amituofo untuk memberi diri sendiri
rasa sukacita, juga mendoakan berkah baginya agar dia berubah jadi baik. Jika
dikarenakan dua hal yang tak menyenangkan maka timbul kerisauan dan mengubah
arah jalan jadi berbalik, atau memikirkan hal ini selama liburan, membahas hal
yang tak menyenangkan ini, anda merasa apakah hal ini bernilai?
Jalan mundur lebih
menambah kepahitan dan penderitaan, lebih baik bulatkan tekad melangkah maju
sampai ke tujuan.
Kembali pada pokok persoalan, apakah
dengan memutar mobil ke arah pulang, maka di jalanan takkan bertemu lagi dengan
kejadian yang tak menyenangkan? Mungkin
saja dengan perasaan yang galau menyetir dalam perjalanan pulang, malah akan
bertemu hal yang lebih parah! Akhirnya tujuan liburan jadi batal, malah
menambah penderitaan......banyak praktisi yang bertemu dengan
pukulan, segera putus asa dan melangkah mundur, akhirnya baru menyadari bahwa
jalan mundur lebih pahit dan menderita.
Lebih baik bulatkan tekad melangkah maju sampai ke tujuan!
◎Anda
merasa diri anda termasuk tipe yang mana dari tiga sahabat Dharma tersebut?
Menurut anda, dari mereka bertiga,
siapa yang lebih bahagia?
Amituofo! Amituofo! Amituofo!
Dikutip
dari ceramah Master Dao-zheng : “Teratai
Mustika Yang Cacat”.