Apa
yang dimaksud dengan “ketrampilan”?
Sebelumnya kita telah pernah membahas bahwa kita sebaiknya memanfaatkan waktu semasih
muda dan sehat untuk mempersiapkan ketrampilan. Apa yang dimaksud dengan
ketrampilan? Yang pasti bukan ilmu gaib atau kesaktian atau yang aneh-aneh, namun adalah kemampuan yang seketika juga
langsung dapat menenangkan pikiran melafal Amituofo. Kesimpulannya, tak peduli apapun yang terjadi,
“keyakinan” kita terhadap melafal Amituofo dan “kekuatan tekad” terlahir ke Alam Sukhavati takkan
tergoyahkan, walaupun kehilangan, namun masih jelas dapat menelepon Buddha
Amitabha.
Melafal “ Amituofo” dengan jelas, tak peduli ada perubahan apapun, tak
peduli bagaimana bentuk perasaan,
hubungan telepon kita dengan Buddha Amitabha takkan ada rintangan, senantiasa
terhubung dengan Alam Sukhavati; juga
dapat dikatakan tak peduli di dunia ini ada kejadian baik maupun buruk, kita
tetap memiliki keyakinan pada Buddha, tetap bertekad terlahir ke Alam
Sukhavati, seketika juga dapat menfokuskan pikiran melafal Amituofo, tidak terpengaruh oleh hal baik maupun hal
buruk sehingga menjadi goyah.
Sesungguhnya di
dunia ini terjadi hal yang sebaik apapun, contohnya : naik pangkat, kaya,
bahkan anak anda lulus sarjana, atau anda terpilih sebagai orang baik hal baik
dan dimuat di suratkabar, atau bahkan suami anda hari ini menghadiahkan anda
sebutir berlian yang besar ditambah setangkai bunga untuk anda, namun anda
tetap yakin pada Buddha, melafal Amituofo dan bertekad lahir ke Alam Sukhavati,
takkan karena segala kemewahan dan rezeki yang tidak kekal ini membuat anda
menjadi melekat, takkan karena kesenangan sesaat maka mengabaikan Buddha, dan mulai tersesat.
Walaupun manusia di
dunia ini salah paham pada diri anda, memandang rendah pada dirimu, bahkan juga
menfitnah anda, namun anda tetap yakin pada Buddha, melafal Amituofo dan
bertekad lahir ke Alam Sukhavati, takkan
demi diri sendiri berusaha menjelaskan untuk memperebutkan pengakuan di dunia
ini, ini adalah ketrampilan dari “keyakinan” dan “tekad”. Jika masih ingin
menjelaskannya, memperebutkan, ini tandanya kita masih begitu peduli pada
pandangan dan pengakuan orang lain terhadap diri kita, masih menganggapnya amat
bernilai, patut diperebutkan, ini yang disebut masih belum merelakan, tidak
sanggup melepaskan. Coba pikirkan, terhadap semua ini saja kita tak bisa
merelakan, tak sanggup melepaskan, manalah mungkin benar-benar bertekad menuju
Sukhavati?
Misalnya anda
berniat bermigrasi ke Amerika, sanak saudara anda di Taiwan harus direlakan
barulah bisa berangkat, andaikata masih tidak merelakan tempat ini, bagaimana
bisa jadi berangkat? Mengapa disebut berniat ke sana? Apakah kita serius telah
memiliki tekad, tidak boleh membohongi Buddha, sesungguhnya tekad kita itu asli
atau palsu? Contohnya, hari ini anda mendadak
kehilangan sesuatu, maka menjadi tak senang, berkata : “Tidak tahu siapa yang
mengambil barang milikku!”, coba pikirkan,
jika hanya sebuah benda saja kita tak bisa merelakan, bagaimana mungkin saat
menjelang ajal bisa merelakan seluruh dunia dan menuju Alam Sukhavati? Jika benar memiliki tekad ke Alam Sukhavati,
terhadap segala yang ada di dunia ini baik manusia, urusan dan benda juga telah
merelakannya. Contohnya : ketika difitnah orang, karena kita berniat ke Alam
Sukhavati, maka nama baik di dunia ini dan kejernihan masalah takkan
berpengaruh lagi bagi kita, jika orang lain menghendakinya, kita berikan saja
pada mereka, karena kita yakin pada Buddha, Buddha mengetahui segalanya, tak
mungkin menfitnah kita, maka itu kita tetap seperti biasa bersukacita melafal
Amituofo, takkan merasa ada tekanan.
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : “Dari Bahagia
Menuju Kebahagiaan”