Bara api berubah menjadi teratai
merah (bagian 5 - Tamat)
“Kami adalah praktisi Nian-fo, mana
boleh demi keuntungan dan mencelakai anak orang lain”.
Walaupun tidak
kaya, namun tindakan harus tetap suci, mulia dan harum! .
Bagi pasien penderita kanker, tentunya tak
terhindari dari tekanan karena kesulitan keuangan, ada yang mengetahui
kondisinya demikian maka mengajaknya buka toko mainan elektronik (game),
kabarnya akan menghasilkan pemasukan yang besar. Dia memberitahukan saya : “Dia
ingin menguji bagaimana pemikiran suaminya, maka sengaja menanyakan pendapat
suaminya, akhirnya sungguh membuat orang jadi terhibur, suaminya menjawab
dengan nada serius : “Kita adalah praktisi Nian-fo, kita sendiri saja takut
kalau anak-anak kita dipengaruhi mainan game, mana boleh mencelakai anak orang
lain?”.
Saya (Master Dao-zheng) begitu mendengarnya
langsung beranjali pada mereka, karena dalam kondisi yang begitu terpuruk, hati
mereka masih begitu suci, mulia dan harum! Betapa banyaknya keluarga penderita
kanker yang karena dalam kondisi
terpuruk akhirnya terperangkap ke dalam kegelapan, namun keluarga mereka karena
penyakit kanker ini justru mengarahkan diri kepada Buddha, belajar ajaran
Buddha, mengubah bara api menjadi bunga teratai merah yang harum dan suci,
sebuah teladan bagi semua insan yang menderita.
Dokter
memujinya sebagai pusaka negara.
Ada seorang dokter yang mengetahui kondisi
penyakitnya selama 10 tahun, dengan rasa terimakasih dia berkata : “Ini adalah pusaka
negara!” Ada lagi dokter yang mengatakan padanya : ” Anda seharusnya sejak awal
telah wafat, mengapa masih bisa hidup sampai saat ini?” Lagipula berat badannya
dari 34 kg bisa kembali menjadi 50 kg, dan hidup dengan baik. Dokter bertanya padanya
: “Obat apa yang telah anda makan?” Dia menjawab : ”Saya tidak makan obat,
hanya melafal Amituofo saja”.
Saya
kelebihan satu kaki
Ketika berbelanja di pasar, orang lain yang
melihatnya menggunakan dua tongkat penyangga, maka bertanya padanya : “Kamu
sudah kehilangan satu kaki, masih bisa datang berbelanja?” Dia menjawab : “Saya kelebihan satu kaki,
bukan kekurangan satu kaki”. Masih ada yang bertanya padanya : ”Bagaimana cara
anda sehingga dapat keluar dari pintu penderitaan ini?” Dia menjawab : “Mungkin
ini adalah kekuatan yang diberikan Buddha Amitabha dan guru”.
Dalam keyakinan melafal Amituofo,
kita selalu berada dalam kebersamaan.
Melihat sepasang suami istri yang dapat menaklukkan
setiap cobaan yang menimpa diri mereka, juga merasa iba ingin membantu pasien
lain, bayangan mereka, sehingga kita dapat merenungkan :
Semangat Bodhisattva : “Semoga semua makhluk
terlepas dari penderitaan, tidak memohon kebahagiaan bagi diri sendiri”.
Kami sangat ingin berbagi dengan anda sekalian
syair berikut ini ~~
“Ketika anda menangis, ketahuilah Saya
juga sedang meneteskan airmata,
ketika anda sedang bergembira, ketahuilah Saya juga
sedang bersukacita,
tak peduli kapan dan di mana, dalam keyakinan
melafal Amituofo,
kita akan berada dalam kebersamaan dengan para
Buddha dan Bodhisattva”.
“Ketika anda menyendiri, tidak seharusnya berpikir
bahwa anda hanya seorang diri,
harusnya berpikir ada dua insan;
ketika anda tinggal berdua, harusnya berpikir ada
tiga insan;
masih ada yang satu yakni Buddha Amitabha,
ke manapun anda pergi, Buddha akan mengikutimu
sampai mana..............”
Tamat
Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi
Pesamuan Kolam Teratai