Mengapa dalam keseharian harus
selalu melafal Amituofo?
Ada insan yang berkata : “Jika demikian halnya, maka saya akan menanti sampai saat menjelang ajal baru melafal Amituofo, buat apa setiap saat harus melafal Nya?”, coba anda pikirkan, mengapa dalam keseharian kita harus senantiasa melafal Amituofo? Ibaratnya seorang anak, sejak kecil tidak memiliki kebiasaan belajar menulis, ucapan papa mama, dan gurunya juga tidak diturutinya, asalkan ada waktu luang nonton tv, atau main-main di luar, jika demikian mana mungkin bisa lulus ujian masuk perguruan tinggi? Maka itu dalam keseharian seketika juga harus membiasakan diri melafal Amituofo, begitu melafal Amituofo seketika juga pikiran kita menjadi tenang, hati kita menjadi terang, dapat dikatakan langsung memasuki kondisi batin Alam Sukhavati.
Ketika kondisi tubuh kita masih
baik dan sehat, jika tidak melatih ketrampilan melafal Amituofo dengan baik, sebagian orang ketika menghadapi
saat ajal akan sangat menderita. Contohnya di rumah sakit, setiap hari saya
melihat pasien yang menghadapi ajalnya,
jika bukan mengalami rasa sakit yang luar biasa, kesakitan tanpa henti, juga
tak mampu berbicara, tidak bisa menelan makanan, tidak bisa tidur, ada yang
sangat sulit bernafas, satu nafas saja tidak mampu ditariknya, apalagi ingin
berkonsentrasi melafal Amituofo merupakan hal yang sulit, namun juga bukan hal
yang tidak mungkin, cuma agak sulit, harus memiliki tekad yang demikian kuat
barulah dapat melakukannya. Kita kembali
mengatakan bahwa dalam sepuluh penyebab kematian terbesar, urutan pertama
adalah penyakit kanker, sebagian
penyakit ini menimbulkan siksaan yang sangat menderita, kecuali dalam
keseharian pasien itu tekun melafal Amituofo, dalam pemberkatan kekuatan Buddha barulah ada kemungkinan tidak
menderita.
Sebagian pasien yang tidak melafal
Amituofo akan sangat menderita, sangat bersedih. Coba anda pikirkan, dalam
keseharian hanya digigit nyamuk saja sudah merasa sangat risau, insan yang
tidak mampu menenangkan pikiran untuk melafal Amituofo, andaikata suatu hari
mengalami kesakitan yang luar biasa, apakah masih dapat menenangkan diri melafal
Amituofo? Mungkin saja mengalami
pendarahan besar, panik sampai gemetaran, ingin melafal Amituofo dengan tenang
adalah sangat sulit. Apalagi penyakit darah tinggi, jika sampai terserang
stroke maka akan mengalami koma dan tak sadarkan diri. Sebagian kejadian,
diantara sepuluh orang ada sembilan orang yang dapat dikatakan saat menjelang
ajalnya berada dalam keadaan tak sadarkan diri, tidak dapat menjadi pengendali
diri sendiri. Atau mengalami kecelakaan atau bencana, meninggal karena
kecelakaan lalu lintas, pesawat terbang jatuh, meninggal dalam kebakaran, ini
merupakan kematian secara tragis. Anda pikirkan saja, kecelakaan yang tragis
ini, mana mungkin bisa tenang melafal Amituofo?
Kecuali bila anda melatih sampai tahap tak peduli dalan keadaan sepanik
apa pun, niat pikiran pertama yang muncul adalah Amituofo, barulah ada kemungkinan dalam kecelakaan
darurat dapat melafal keluar Amituofo.
Maka itu melafal Amituofo dalam
keseharian adalah pelatihan, setiap saat mengingatkan diri sendiri harus memiliki
hati maitri karuna yang cemerlang. Contohnya, kita harus mengetahui : jika ada
kebakaran maka harus segera menelepon 119 maka mobil pemadam kebakaran segera
tiba, andaikata kita sama sekali tidak tahu jika terjadi kebakaran harus
menelepon siapa baru ada yang datang memberi pertolongan, juga sangat keras
kepala berpikir : “Ah! Biarkan saja kebakaran itu, itu karena sedang sial”.
Atau diri sendiri merasa : “Tidak mungkin! Saya takkan begitu sial tertimpa
bencana kebakaran!” Karena tidak suka pada bencana api, makanya sengaja tak mempedulikannya,
juga tidak mengingat nomor telepon apa yang harus dihubungi baru ada
pertolongan dari orang lain, namun bila benar-benar terjadi maka akan sangat merepotkan.
Atau ketika tetangga anda yang mengalaminya, anda juga tidak tahu bagaimana
cara membantunya.
Dulu di Tainan, ada orang yang
merasa begitu panik ketika terjadi perisitwa kebakaran, juga tidak tahu barang
apa yang harus diselamatkan keluar, pikirannya begitu panik dan kalut, ambil
yang ini tak betul, ambil yang itu juga salah, tukar punya tukar, akhirnya
membawa sebuah pispot keluar, ini adalah kejadian nyata, kita jangan
menertawakan orang lain. Di rumah sakit saya melihat kondisi banyak pasien yang
menjelang ajalnya, tidak pernah melihat orang yang tak pernah melafal
Amituofo bisa begitu tenang dan nyaman,
dengan wajah yang penuh senyuman
meninggal dunia. Sebagian
orang meninggal dengan sangat menderita,
begitu takut dan panik, dengan orang yang membawa pispot menerobos keluar
tidaklah berbeda.
Dikutip dari ceramah Master Dao-zheng : “Dari Bahagia
Menuju Kebahagiaan”