Membahas
beberapa tradisi kepercayaan (bagian 4)
Apakah melafal Amituofo masih perlu percaya
pada ramalan nasib dan feng-shui?
Nasib diciptakan oleh pikiran, rupa berubah
menuruti perubahan hati.
Mengubah niat pikiran, ucapan, sikap, nasib
pun ikut berubah!
Banyak praktisi Nian-fo yang suka percaya pada
ramalan nasib dan feng-shui. Mendengar kabar burung di jalanan, segera membantu
menyebarkannya. Kepercayaan yang membabi buta ini, sesungguhnya adalah karena “tidak
memiliki keyakinan yang benar”. Kami tidak menyangkal bahwa nasib bisa diramal,
lalu mengapa ada nasib orang yang bisa diramal? Ini dikarenakan adanya hukum
sebab akibat, dari sebab masa lampau, bisa meramal akibat yang akan datang, ibarat
petani yang sudah berpengalaman, bisa meramalkan dari benih yang ditebar dan
faktor cuaca, meramalkan kapan masa panen.
Namun dengan adanya hukum sebab akibat, maka nasib
pun bisa diubah, dengan mengubah sebab dan faktor pendukung, maka dapat
mengubah buah akibatnya. Kita melafal Amituofo adalah sedang memperbaiki “benih
sebab”, dalam nasib yang terpenting adalah benih, yakni “niat pikiran”, dengan
mengubah niat pikiran, maka mengubah ucapan dan sikap. Anda jangan meremehkan
bahwa dengan mengubah sebuah ucapan dan sebuah sikap, maka nasib pun ikut
berubah, bila tak percaya, anda boleh melakukan eksperimen berikut ini.
Ketika bos anda menyalahkan diri anda, cobalah
memakai sikap yang tulus mengucapkan : “Maafkan saya, ini adalah kesalahan
saya, terimakasih atas petunjuk anda, saya akan berusaha semaksimal mungkin
untuk memperbaikinya”. Bagaimana pula sebaliknya bila anda menggelengkan kepala
dan dengan muka yang tidak ramah mengucapkan : “Saya telah berusaha keras, bila
tidak, anda coba lihat saja, anda sendiri juga tidak bisa mengerjakannya dengan
baik”. Dua macam niat pikiran yang berbeda ini, ucapan dan sikapnya, langsung
akan berakibat pada nasib yang berbeda. Maka itu disebut nasib diciptakan dari
pikiran, rupa berubah menuruti perubahan hati. Juga karena dapat diciptakan,
dapat dialihkan, maka melafal Amituofo jadi lebih bermakna, jika tidak maka
semuanya akan jadi sebuah ketetapan, tidak memiliki cara untuk mengubahnya,
maka melatih diri jadi tiada gunanya lagi.
Feng-shui diciptakan dari pikiran
Tempat berberkah ditempati insan berberkah,
insan berberkah menempati tempat berberkah
Sebuah tempat yang berpemandangan indah, jika dihuni oleh orang yang
tidak memiliki jasa kebajikan, sembarangan membuang sampah, membuat polusi, sembarangan
menyemprot pestisida..........maka tak perlu waktu lama, pemandangan indah pun
jadi rusak.
Sebaliknya bila ada tempat yang biasa-biasa saja, andaikata dihuni oleh
insan yang memiliki jasa kebajikan, menjaga kelestarian alam, memupuk jasa kebajikan,
sehingga tetangganya juga ikut meneladani kebajikannya, maka lama-kelamaan
tempat itu pasti akan berubah kondisinya, sehingga feng-shui juga akan berubah.
Maka itu dikatakan : “Tempat
berberkah ditempati insan berberkah, insan berberkah menempati tempat
berberkah”.
Sebuah rumah kosong yang hendak dijadikan
bar atau vihara, niat pikirannya berbeda, karena niat pikiran berbeda maka
gelombang pikiran yang dipancarkan juga berbeda, sehingga kondisinya juga akan
berbeda, maka ini juga yang disebut feng-shui yang berbeda. Dan lagipula benih
sebab dari feng-shui adalah niat pikiran (gelombang pikiran), maka itu untuk
meramal feng-shui tidak perlu memohon bantuan orang lain, namun dengan pikiran
benar, maka kondisi dan feng-shui akan berubah. Sebaliknya bila pikiran tidak
benar, maka feng-shui yang sebagus apapun juga akan menjadi rusak.
Manusia suka mengunjungi tempat yang ber
feng-shui jelek.
Jujur saja, banyak vihara yang dibangun diatas tempat yang memiliki
feng-shui terbaik, namun banyak insan yang tidak bisa bertahan lama tinggal di
sana, mereka malah sudi lari ke tempat yang memiliki feng-shui yang jelek,
yakni tempat judi, dan tempat maksiat yang gelap gulita, serta mall yang
berpolusi tinggi, mereka suka feng-shui yang demikian.
Melatih pikiran
menciptakan feng-shui yang baik (Gratis!)
Sebagian besar manusia lebih suka mempercayai
ucapan ahli feng-shui, terutama dalam soal pemakaman, harus melihat feng-shui, anak
cucu sangat berharap agar leluhurnya dimakamkan di tempat yang dapat memberi keuntungan
bagi mereka pribadi, namun tidak peduli apakah roh leluhurnya telah mencapai
alam bahagia atau tidak. Semuanya yakin bahwa feng-shui leluhur dapat
mempengaruhi rezeki sendiri, namun tidak mengkaji kembali bagaimana niat
pikiran sendiri, apakah dapat mempengaruhi leluhur? Apakah akan memalukan
leluhur? Apakah akan merusak feng-shui? Mengapa anda rela menghamburkan
sejumlah uang untuk mengundang ahli feng-shui, namun malah tak sudi “melatih
pikiran”, mengubah feng-shui (gratis!).
Perenungan
disela lelucon
Terkadang kita akan membuat lelucon : “Jika memang
feng-shui memiliki pengaruh, maka ahli feng-shui akan mencari feng-shui yang
terbaik sehingga apa yang diinginkannya bisa terwujud, misalnya jadi raja,
presiden, setiap keturunannya jadi sarjana, bangsawan dan sebagainya. Namun
kenyataannya sungguh ironis, patut kita renungkan.
Kadang kala, saya iseng-iseng bertanya pada mereka
yang amat melekat pada feng-shui : “Kita mengubur jasad, sebagian orang sangat
menitikberatkan pada feng-shui, waktu penguburan, arah dan sebagainya, yang
ingin saya tanyakan apakah waktu anda makan daging apakah juga melihat
feng-shui terlebih dulu? Karena daging juga adalah mayat, bila pemakaman jasad
begitu memiliki kekuatan pengaruh yang besar, maka waktu mayat hendak dikuburkan
ke dalam perut anda, apakah anda juga melihat feng-shui terlebih dahulu? Jika
tidak, nanti waktunya tidak sesuai kemudian shio nya tak cocok, bukankah akan
terjadi “chong” (berbenturan dengan hawa jahat)?
Gudang penyimpanan beku di pasar, berisikan banyak “mayat-mayat”
hewan, begitu banyak orang yang lalu lalang di
sana, mengapa mereka tidak takut “chong” (berbenturan dengan hawa jahat)?
Mengapa pula tidak ada yang mempermasalahkan feng-shui di sana? Apa pengaruhnya
bagi kita. Ketika makanan sudah diutamakan, maka feng-shui pun jadi dilupakan.
Bagaimana cara
untuk menjadi orang terkaya di kota anda?
Ada sepasang suami isteri bermarga Lin
memberitahukan kami, ada seorang ahli ramal pernah mengajarkan mereka bila pada
hari, bulan dan tahun tertentu mereka pergi membeli 12 batang sapu, kemudian
pulang dan menyapu rumah dengan cara menghadap arah tertentu, kemudian dibuang
ke laut, maka rezeki akan mengalir seperti air laut, sehingga akan menjadi
orang terkaya di kotanya. Setelah mendengar ucapan ini, mereka tertawa dan
menjawab : “Kami telah merupakan orang terkaya di kota kami, karena kami telah memahami ajaran
Buddha”. Untunglah mereka tidak menuruti kata peramal itu, bila tidak maka
sia-sia saja mereka mendengarkan ceramah Dharma!
Coba pikirkan, bila cara itu bisa membuahkan hasil,
bukankah peramal itu telah menjadi orang terkaya di dunia? Cara tersebut hanya
memiliki satu hasil saja yakni lantai jadi bersih!
Anda percaya
pada cincin atau pada Buddha?
Peramal itu juga mengajarkannya agar pada waktu
tertentu, menghadap ke arah tertentu, tangan kiri jari ke 4 harus memakai
cincin emas yang harus dipesan terlebih dulu, dipasang berlian warna hitam, dengan
demikian baru bisa terhindar dari kecelakaan mobil. Untunglah Upasaka Lin ini
memiliki keyakinan benar : “Saya melafal Amituofo, kekuatannya pasti lebih
besar daripada cincin ini”. Karena kecelakaan mobil sangat berkaitan dengan “kesadaran”,
jika kita melafal Amituofo, pikiran kita tidak berkhayal tentu saja sangat
sadar, dan bercahaya, dengan sendirinya akan terhindar dari malapetaka. Jika
memakai cincin sakti namun sambil menyetir sambil mengantuk, maka tidak mungkin
bisa aman! Apalagi melanggar peraturan lalu lintas maka akan lebih berbahaya
lagi!
Kemudian kami bertanya lagi pada umat lainnya,
banyak yang tidak memiliki keyakinan yang sedemikian, bila mendengar ucapan
peramal, mereka akan langsung ketakutan akan mengalami kecelakaan, maka itu
lebih baik menuruti anjuran peramal, memakai cincin tersebut, mereka ini tidak
memilki keyakinan yang benar, juga tidak memahami bahwa segalanya tercipta dari
pikiran. Juga telah mengabaikan kekuatan Buddha tak sebanding dengan sebuah
cincin, juga tak sebanding dengan kekuatan si tukang ramal. (Benar-benar telah
meremehkan Buddha!)
Masalah besar
diantara masalah kecil
Tampaknya ini hanya masalah sepele, cuma memakai
cincin saja, menyingkirkan tanaman
bonsai, melihat feng-shui, memilih hari saja, namun bila dilihat dari keyakinan
pada Buddha, maka ini merupakan masalah besar yang dapat merintangi kita untuk
terlahir ke Alam Sukhavati, maka itu harus baik-baik mengkaji kembali “keyakinan” dan “tekad”.
Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi
Pesamuan Kolam Teratai