Mengkaji diri sendiri, apakah sudi
menjadi burung pemakan bangkai?
Mengapa sudi menghamburkan “uang
nyawa”, menonton tayangan tak berkelas?
Suatu hari, ada seorang teman yang memberitahukan
diriku, tentang sebuah kejadian yang sungguh fitnahan, sangat berbeda dengan kenyataan, saya jadi
penasaran, respon pertama yang ada dalam hatiku adalah ingin mengetahui
sejelas-jelasnya apa yang telah terjadi, namun pikir-pikir, ucapan teman saya
ini menandakan dia sedang dilanda kerisauan, bila saya masih begitu antusias,
bukankah hanya akan menambah kerisauannya? Maka itu saya memilih diam seribu
bahasa.
Akhirnya setelah temanku pulang, saya meneruskan
bernamaskara pada Buddha, melafal Amituofo, menyelesaikan kebaktianku, namun
entah kenapa airmataku terus mengalir, karena dalam batinku terasa ada tekanan!
Bahkan rasanya ingin menangis, walaupun mulutku melafal Amituofo namun ada
suara isak tangis, hatiku jadi tak terfokus melafal Amituofo, rasanya ingin
mencari orang lain untuk berdiskusi, ingin menjelaskan sebuah persoalan,
tiba-tiba timbul keinginan untuk mengkaji diri sendiri : “Mengapa babak adegan
perasaan yang menjenuhkan ini (rupa palsu) dapat menarik minat kita? Mengapa
dapat menarik diriku dari pangkuan Buddha ke masa lalu? Apakah saya sudi menjadi
burung pemakan bangkai tikus? Hubungan permusuhan dan perkerabatan ini bila
dibuat ke dalam adegan film, tentunya akan menjadi adegan yang tidak berkelas
dan sedikitpun tidak menarik, apakah
saya sudi menghamburkan uang untuk menonton tayangan ini? Saya takkan sudi
menghamburkan uang untuk menonton adegan maya dan bayangan palsu ini!
Mengapa kita melafal Amituofo namun tak terjalin
dengan Buddha? Mengapa tidak menjalin
jalinan dengan Alam Sukhavati? Tidak menuju Alam Sukhavati dan menikmati
pemandangan nan indah, namun malah diam-diam menjalin permusuhan dengan orang
awam? Sesungguhnya anda lebih berminat menjalin jalinan dengan Buddha, atau
menjalin permusuhan dengan manusia, anda merasa bila tidak berdebat dengan
musuh anda, maka emosi ini tidak bisa reda, maka ini menandakan bahwa minat
anda adalah untuk memenangkan persaingan di alam saha! Atau dihanyutkan oleh
khayalan! Anda tidak memiliki minat untuk pulang ke kampung halaman Alam
Sukhavati! Jika demikian maka anda silahkan tinggal saja di alam saha demi
memenangkan persaingan, ini adalah alasan mengapa sampai sekarang anda belum
mencapai Alam Sukhavati, ini dikarenakan anda lebih berminat makan bangkai tikus daripada makan buah yang manis!
Berniat ke Alam Sukhavati, buat apa
membawa bangkai tikus?
Minat anda menentukan dimana anda akan dilahirkan, bila
anda suka buah manis, maka dengan sendirinya anda akan terfokus untuk makan
buah manis terus, maka apakah bangkai tikus dapat menarik minat anda? Mungkin
bangkai tikus akan membuat anda bersedih? Ketika saya bertanya pada diri
sendiri, terasa amat melucukan, maka hatiku yang pedih menjadi tiada bernilai.
Dikutip dari Ceramah Master Dao-zheng :
Kelompok Gangster Berubah Menjadi
Pesamuan Kolam Teratai